KOMUNIKASI
PEMBELAJARAN
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi
salah satu tugas terstruktur
Mata kuliah
Media dan Teknologi Pembelajaran
Dosen pengampu Bapak Yan yan Nurjani M.
Pd
Disusun oleh :
Kelompok 2
1.
Abdul
Mu’min : 14210004
2.
Irawati
Ningsih : 14210044
3.
Muhammad
Ridwan : 14210054
4.
Zaed
Zaenudin : 14210091
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM AL-MUSADDADIYAH
GARUT
2016
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Alloh SWT. tuhan semesta alam, shalawat serta
salam semoga tercurah limpah kepada nabi Muhammad SAW., kepada keluarganya,
shahabatnya, tabi’in dan tabi’atnya dan semoga sampai kepada kita sebagai umatnya.
Penulis bersyukur kepada illahi robbi yang telah memberikan taufik dan
hidayahNya kepada penulis sehingga makalah Media dan Teknologi Pembelajaran
mengenai “KOMUNIKASI PEMBELAJARAN” dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih terdapat kekurangan dan kekhilapan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan supaya pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangan
untuk kesempurnaan makalah ini kedepannya.
Kepada bapak Yan yan Nurjani, M.Pd selaku dosen yang telah memberikan tugas terstruktur berupa makalah
mengenai “KOMUNIKASI PEMBELAJARAN” dan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, penulis ucapkan terima kasih.
Garut, 27
Oktober 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………… ... i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………..……….. 1
Latar belakang masalah……………………………………………………………………...…. 1
Rumusan Masalah………………………………………………………………………....…... 3
Tujuan Penulisan…………………………………………………………………………… ..... 4
Manfaat Penulisan…………………………………………................................…………….. 4
Sistematika Penulisan………………………………………………........…………………..…. 5
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….……….……. 6
A. Pengertian
Komunikasi Pembelajaran………………………………...……………… 6
1. Pengertian
Komunikasi…………………………………………………...............…. 6
2. Pengertian
Pembelajaran………………………………………….............………… 7
3. Pengertian
Komunikasi pembelajaran………………………………….....…………. 8
B. Fungsi
Komunikasi Pembelajaran………………………………………...………… 9
1. Fungsi
Komunikasi Sosial………………………………………………...........……. 9
2. Komunikasi
Ekspresif........................................................................................................ 11
3. Komunikasi
Ritual………………………………………………………….......…. 12
4. Fungsi
Komunikasi Instrumental ………………………………………… 13
C. Prinsip
Komunikasi Pebelajaran…………………………………................……. 14
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………….. 21
A. Kesimpulan………………………………………………………...............….. 21
B. Saran……………………………………………………………………....…. 21
C. Rekomendasi………………………………………………………………...... 22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 24
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Dalam proses belajar mengajar terjadi sebuah komunikasi, yakni
antara guru dengan siswa. “Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat
mendasar dan vital dalam kehidupan manusia. Dikatakan mendasar karena setiap manusia,
baik yang primitif maupun yang modern, berkeinginan mempertahankan suatu
persetujuan mengenai berbagai aturan sosial melalui komunikasi. Dikatakan vital
karena setiap individu memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan
individu-individu lainnya sehingga meningkatkan kesempatan individu itu untuk
tetap hidup” (Rakhmat, 1998:1).
Dalam setiap komunikasi, manusia saling menyampaikan informasi yang
dapat berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan, maupun emosi secara langsung.
Kegiatan komunikasi ini berlangsung dari hari ke hari, dari waktu ke waktu,
selama manusia hidup dan selama melakukan aktivitasnya. Kalau kita mengamati
sekitar kita, kita akan melihat bahwa komunikasi merupakan aktivitas yang
paling penting dalam suatu kehidupan bermasyarakat. Bahkan dapat dipastikan, di
mana manusia hidup bersama-sama dengan orang lain maka di sana selalu ada
kegiatan komunikasi, karena komunikasi merupakan kebutuhan hidup manusia.
Komunikasi dalam pembalajaran dewasa ini mendapatkan perhatian yang
luar biasa. Hal ini dilatarbelakangi pentingnya memilih cara komunikasi dalam
proses pembelajaran agar kegiatan tersebut mencapai tujuan secara efektif dan
efesien. Komunikasi yang efektif berkolerasi dengan tingkat keberhasilan
pembelajaran
Kemampuan untuk melakukan komunikasi yang efektif merupakan salah satu kompetensi yang harus
dimiliki dan dikuasai oleh seorang guru, hal ini sebagaimana tercantum dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen,
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, tentang standar nasional pendidikan,
serta peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 16 Tahun 2007
tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Guru sebagai learning
agent berkewajiban memiliki kualifikasi akademik yang diperoleh melalui
perguruan tinggi yang terakreditasi (S1/D4) dan memiliki 4 kompetensi. Salah
satunya adalah kompetensi sosial, yakni kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orangtua / wali peserta didik dan masyarakat
sekitar.
Strategi membangun komunikasi dalam proses belajar mengajar
merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk mewujudkan proses belajar
mengajar yang efektif. Karena, tanpa adanya komunikasi tidak mungkin peroses belajar mengajar akan
berjalan dengan lancar, karena komunikasi adalah Kunci utama untuk berinteraksi
antara guru dengan peserta didik. Komunikasi bukan berarti hanya berintraksi
dengan menggunakan bahasa lisan semata, akan tetapi komunikasi juga bisa
dilakukan dengan menggunakan bahasa tulis dan bahasa isyarat atau gerak tubuh.
Selain itu,
sering dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dimana
terjadi proses penyampaian pesan tertentu dari sumber belajar (misalnya guru,
instruktur, media pembelajaran,dan lain-lain.) kepada penerima (peserta
belajar, murid, dan sebagainya), dengan tujuan agar pesan (berupa topik-topik
dalam mata pelajaran tertentu) dapat diterima (menjadi milik, di-shared) oleh
peserta didik / murid-murid. Dalam pembelajaran terjadi
proses komunikasi untuk menyampaikan pesan dari pendidik kepada peserta didik
dengan tujuan agar pesan dapat diterima dengan baik dan berpengaruh terhadap
pemahaman serta perubahan tingkah laku. Dengan demikian keberhasilan kegiatan
pembelajaran sangat tergantung kepada efektifitas proses komunikasi yang
terjadi dalam pembelajaran tersebut.
Pembelajaran yang baik dan efektif akan memberikan ruang dan
peluang agar anak dapat belajar lebih aktif serta dapat mengeksplorasi
keingintahuan melalui kemampuan / potensi yang dimilikinya, dan hal ini
memerlukan bantuan/bimbingan yang baik dan tepat dari guru/pendidik dan
disertai kearifan professional. Melihat betapa pentingnya komunikasi dalam
proses belajar mengajar, maka dalam makalah ini kami akan membahas mengenai
komunikasi pembelajaran dan hal-hal yang berkaitan dengan komunikasi
pembelajaran.
B.
Rumusan
Masalah
Dengan
latar belakang yang telah kami paparkan, maka kami dapat merumuskan masalah
dalam beberapa kategori yaitu :
1.
Apa
pengertian komunikasi pembelajaran ?
2.
Apa
fungsi komunikasi dalam pembelajaran ?
3.
Apa
saja prinsip komunikasi dalam pembelajaran ?
C.
Tujuan Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.
Untuk
mengetahui pengertian komunikasi pembelajaran.
2.
Untuk
mengetahui fungsi komunikasi dalam pembelajaran.
3.
Untuk
mengetahui prinsip komunikasi dalam pembelajaran.
D. Manfaat Penulisan
1.
Bagi STAI Al-Musaddadiyah, dengan adanya
pembahasan mengenai komunikasi pembelajaran ini diharapkan dapat dijadikan sumber
referensi dalam mata kuliah media dan teknologi pembelajaran.
2.
Bagi
dosen, penyusunan makalah ini bermanfaat bagi dosen untuk memberikan pemahaman kepada para
peserta didik mengenai komunikasi pembelajaran serta dapat mengaplikasikan kajian dalam makalah ini untuk
kehidupan sehari-hari.
3.
Bagi mahasiswa, dengan adanya pembahasan komunikasi
pembelajaran ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan serta memotivasi
mahasiswa untuk lebih mendalami hal-hal yang berhubungan dengan media dan teknologi pembelajaran.
4. Secara teoritis
bermanfaat sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada
umumnya dan penulis pada khususnya untuk menambah
pengetahuhan dan wawasan dalam hal materi khususnya pada mata kuliah media dan
teknologi pembelajaran.
E.
Sistematika
Penulisan
Sistematika penulisan yang dipaparkan dalam
makalah ini adalah terdiri dari: Bab
1. Pendahuluan: terdiri dari Latar Belakang masalah; Rumusan Masalah; Tujuan
Penulisan; Manfaat Penulisan dan Sistematika Penulisan;. Bab 2. Pembahasan:
terdiri dari pengertian komunikasi pembelajaran; fungsi komunikasi dalam
pembelajaran; pinsip komunikasi dalam pembelajaran;. Bab 3. Terdiri dari
Kesimpulan; Saran; dan rekomendasi;.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Komunikasi Pembelajaran
1.
Pengertian
Komunikasi
Menurut Hardjana, sebagaimana dikutip oleh Endang Lestari G (2003) secara etimologis komunikasi berasal dari bahasa
Latin yaitu cum, sebuah kata depan yang artinya dengan, atau
bersama dengan, dan kata umus, sebuah kata bilangan yang berarti
satu. Dua kata tersebut membentuk kata benda communio, yang dalam
bahasa Inggris disebut communion, yang mempunyai makna kebersamaan,
persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, atau hubungan. Karena untuk ber-communio
diperlukan adanya usaha dan kerja, maka kata communion dibuat
kata kerja communicare yang berarti membagi sesuatu dengan
seseorang, tukar menukar, membicarakan sesuatu dengan orang, memberitahukan
sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap, bertukar pikiran, berhubungan, atau
berteman. Dengan demikian, komunikasi mempunyai makna pemberitahuan,
pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran atau hubungan.
Evertt M. Rogers
mendefinisikan komunikasi sebagai proses yang di dalamnya terdapat suatu gagasan yang dikirimkan dari sumber
kepada penerima dengan tujuan untuk merubah perilakunya. Pendapat senada
dikemukakan oleh Theodore Herbert, yang mengatakan bahwa komunikasi merupakan
proses yang di dalamnya menunjukkan arti pengetahuan dipindahkan dari seseorang
kepada orang lain, biasanya dengan maksud mencapai beberapa tujuan khusus.
Selain definisi yang telah disebutkan di atas, pemikir komunikasi yang cukup
terkenal yaitu Wilbur Schramm memiliki pengertian yang sedikit lebih detail.
Menurutnya, komunikasi merupakan tindakan melaksanakan kontak antara pengirim
dan penerima, dengan bantuan pesan; pengirim dan penerima memiliki beberapa
pengalaman bersama yang memberi arti pada pesan dan simbol yang dikirim oleh
pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima. (Suranto : 2005).
Dari beberapa definisi di atas dapat penulis
pahami bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian
informasi. Kesuksesan komunikasi tergantung kepada desain pesan atau informasi
dan cara penyampaiannya.
2. Pengertian Pembelajaran
Sardiman AM (2005) dalam bukunya yang berjudul “Interaksi dan Motivasi
dalam Belajar Mengajar” menyebut istilah pembelajaran dengan interaksi
edukatif. Menurut beliau, yang dianggap interaksi edukatif adalah interaksi
yang dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan untuk mendidik, dalam rangka
mengantar peserta didik ke arah kedewasaannya.
Menurut Corey (1986 :195) pembelajaran adalah suatu proses dimana
lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut
serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau
menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset
khusus dari pendidikan.
Sedangkan menurut Dimyati dan Mujiono (1999 :297) pembelajaran adalah
kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa
belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
UUSPN No. 20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Definisi ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Oemar
Hamalik, bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang kompleks, dimana di
dalamnya terjadi interaksi antara mengajar dan belajar. Proses pembelajaran
aktivitasnya dalam bentuk interaksi belajar mengajar dalam suasana interaksi
edukatif, yaitu interaksi yang sadar akan tujuan, artinya interaksi yang telah
dicanangkan untuk suatu tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada satuan
pelajaran.
Menurut Knirk dan Gustafson (1986:15) pembelajaran merupakan suatu
proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Pembelajaran tidak terjadi seketika, melainkan sudah melalui tahapan
perancangan pembelajaran.
Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pembelajaran adalah proses interaksi edukatif untuk membuat siswa belajar
secara aktif dan mampu mengubah perilaku melalui pengalaman belajar.
3. Pengertian Komunikasi
pembelajaran
Komunikasi
pembelajaran adalah proses penyampaian gagasan dari seseorang kepada orang lain
supaya mencapai keberhasilan dalam mengirim pesan kepada yang dituju secara
efektif dan efisien.
Dalam kegiatan belajar mengajar, komunikasi
antar pribadi merupakan suatu keharusan, agar terjadi hubungan yang harmonis
antara pengajar dengan peserta belajar. Keefektifan komunikasi dalam kegiatan
belajar mengajar ini sangat tergantung dari kedua belah pihak. Akan tetapi
karena pengajar yang memegang kendali kelas, maka tanggung jawab terjadinya
komunikasi dalam kelas yang sehat dan efektif terletak pada tangan pengajar.
Keberhasilan pengajar dalam mengemban tanggung jawab tersebut dipengaruhi oleh
keterampilannya dalam melakukan komunikasi ini. Terkait dengan proses
pembelajaran, komunikasi dikatakan efektif jika pesan yang dalam hal ini adalah
materi pelajaran dapat diterima dan dipahami, serta menimbulkan umpan balik
yang positif.
Dilihat
dari prosesnya, komunikasi dibedakan atas komunikasi verbal dan komunikasi
nonverbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan bahasa, baik
bahasa tulis maupun bahasa lisan. Sedangkan komunikasi nonoverbal adalah
komunikasi yang menggunakan isyarat, gerak gerik, gambar, lambang, mimik muka,
dan sejenisnya.
Sebagai komunikator atau
mediator, guru harus menyadari bahwa sekolah berada di tengah-tengah
masyarakat, karenanya sekolah tidak boleh menjadi “menara gading” yang jauh dan
terasing dari masyarakat. Sekolah didirikan mengemban amanat dan aspirasi
masyarakat (dan peserta didik adalah anak-anak dan sekaligus sebagai bagian
dari anggota komunitas masyarakat). Menghindari persoalan tersebut, maka guru
harus memerankan dirinya untuk mampu menjadi “bridging” (menjembatani) atau
menjadi mediator antara sekolah dan masyarakat melalui upaya cerdas dalam
memilih dan menggunakan pola, pendekatan, strategi, metode, dan teknik
pembelajaran yang memungkinkan saling menguntungkan antara keduanya. Jadikan
masyarakat, lembaga, peristiwa, benda, situasi, kebudayaan, serta industry
sebagai sumber belajar bagi peserta didik.
B. Fungsi Komunikasi Pembelajaran
Menurut Judy C. Pearson
dan Paul E. Nelson, Komunikasi mempunyai dua fungsi umum. Pertama, untuk
kelangsungan hidup diri-sendiri yang meliputi: keselamatan fisik, meningkatkan
kesadaran pribadi, menampilkan diri kita sendiri kepada orang lain dan mencapai
ambisi pribadi. Kedua, untuk kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya
untuk memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu
masyarakat.
Sedangkan menurut William I.Gordon, Komunikasi Pembelajaran mempunyai empat fungsi menurut kerangka yang
dikemukakan, yakni:
1. Fungsi Komunikasi Sosial
Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan
manusia akan hilang, karena ia tidak punya waktu untuk mengatur diri mereka
sendiri dalam lingkungan sosial. Tanpa terlibat dalam komunikasi, seseorang
tidak akan tahu bagaimana makan, minum, berbicara sebagai manusia beradab (memperlakukan
manusia lainnya).
a.
Pembentukan Konsep Diri
Konsep diri adalah pandangan kita tentang siapa
kita, dan yang hanya dapat diperoleh melalui informasi orang lain yang
diberikan kepada kita. Manusia yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia
lain mungkin tidak menyadari bahwa ia adalah seorang laki-laki. Kita menyadari
bahwa kita adalah manusia karena orang di sekitar kita menunjukkan kepada kita
melalui perilaku mereka.
Anda mencintai diri sendiri jika Anda memiliki
cinta, Anda berpikir Anda pintar ketika orang di sekitar Anda mengaggap Anda
cerdas, Anda merasa Anda tampan atau cantik ketika orang di sekitar Anda
mengatakan begitu. Konsep diri awal umumnya dipengaruhi oleh keluarga dan
orang-orang terdekat di sekitar kita, termasuk kerabat. Orang tua kita, atau
siapa pun yang peduli untuk pertama kalinya, mengatakan kepada kita melalui
kata-kata dan tindakan yang kita lakukan.
b.
Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya
eksis. Ini disebut aktualisasi diri atau lebih tepatnya keberadaan itu sendiri.
Fungsi komunikasi sebagai eksistensi diri
sering terlihat dalam seminar. Meskipun penanya telah memperingatkan moderator
untuk berbicara singkat dan langsung ke pokok masalah, pena atau komentator
sering berbicara panjang lebar, mengajarkan penonton, dengan argumen yang tidak
relavan. Karena mereka merasa paling benar dan yang paling penting, semua orang
ingin berbicara dan didengar.
c.
Untuk Kelangsungan
Hidup, Memupuk Hubungan, Dan Memperoleh Kebahagiaan
Sejak lahir, kita tidak bisa hidup sendiri
untuk mempertahankan hidup. Kita perlu berkomunikasi dengan orang lain, untuk
memenuhi kebutuhan biologis kita seperti makan dan minum, dan memenuhi
kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan kebahagiaan. Komunikasi, dalam
konteks apapun, adalah bentuk dasar adaptasi terhadap lingkungan.
Melalui komunikasi kita juga bisa memenuhi
kebutuhan emosional kita dan meningkatkan kesehatan mental kita. Kita belajar
makna cinta, kasih sayang, keintiman, simpati, rasa hormat, kebanggaan, dan
bahkan iri hati, dan kebencian. Melalui komunikasi sosial, kita dapat mengalami
berbagai perasaan dan membandingkan kualitas perasaan satu dengan perasaan
orang lain.
2. Komunikasi Ekspresif
Komunikasi ekspresif
sering dilakukan untuk menyampaikan perasaan-perasaan kita. Kebanyakan
komunikasi ini disampaikan dalam bentuk non verbal. Ungkapan kasih sayang,
marah, atau malu memang dapat disampaikan oleh kata-kata.
Namun, paling besar
dikomunikasikan lewat bahasa tubuh. Orang boleh mengatakan, "saya tak
marah", padahal mukanya merah, tampang cemberut, dan pandangan matanya
tajam. Orang akan lebih percaya bahasa non verbal itu daripada bahasa
verbalnya. Komunikasi ekspresif nanti tentu akan mempengaruhi komunikasi sosial
seseorang.
3. Komunikasi Ritual
Fungsi komunikasi ini
berhubungan dengan komunikasi ekspresif. Namun bentuk penyampaiannya seringkali
secara kolektif. Misalnya upacara perkawinan, ritual keagamaan, sampai
memperingati tanggal bersejarah. Mereka yang terlibat dalam komunikasi ritual
dianggap berusaha menegaskan sebagai bagian dari kelompok yang merayakannya.
Komunikasi ritual juga dianggap sebagai komitmen individu terhadap tradisi
dalam kehidupan sosialnya.
Seseorang yang baru
masuk dalam lingkungan sosial baru cenderung harus melakukan komunikasi ritual yang
baru. Mereka seolah diwajibkan untuk melakukan komunikasi ini untuk menunjukkan
bahwa mereka memang siap dan akan bergabung dalam lingkungan baru ini. Misalnya
mahasiswa baru harus melakukan "pengenalan" atau yang sering disebut
ospek.
Selain untuk komitmen
emosional individu, komunikasi ritual juga sering digunakan untuk mempererat
kepaduan dalam suatu kelompok. Komunikasi ritual akan menciptakan rasa nyaman
dan perasaan tertib. Menurut Deddy Mulyana, bukan substansi kegiatan ritual yang
paling penting, namun perasaan senasib dan sepenanggungan yang menyertai
komunikasi ini.
Deddy juga menganggap
hal ini menandakan bahwa manusia bukanlah sepenuhnya makhluk rasional. Karena
komunikasi ritual sering dianggap mubazir jika ditimbang secara rasio. Namun,
manusia tetap membutuhkan komunikasi ritual, walau tujuannya berbeda-beda.
Misalnya, demi memenuhi kebutuhan jati diri, sebagai anggota dari komunitas,
atau menciptakan rasa kondusif dan tenteram.
4. Fungsi Komunikasi Instrumental
Komunikasi yang
berfungsi sebagai Komunikasi instrumental adalah komunikasi yang berfungsi
untuk memberitahukan atau menerangkan (to inform) dan mengandung muatan persuasif
dalam arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa fakta
dan informasi yang disampaikan adalah akurat dan layak untuk diketahui.
Dengan demikian fungsi
komunikasi instrumental bertujuan untuk menerangkan, mengajar, menginformasikan,
mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, mengubah perilaku atau menggerakkan
tindakan, dan juga untuk menghibur. Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja
kita gunakan untuk menciptakan dan membangun hubungan, namun juga untuk
menghancurkan hubungan tersebut.
Komunikasi berfungsi sebagai
instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan
jangka pendek ataupun tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek misalnya
untuk memperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh simpati, empati,
keuntungan material, ekonomi dan politik, yang antara lain dapat diraih dengan
pengelolaan kesan (impression management), yakni taktik-taktik verbal dan
nonverbal, seperti berbicara sopan, mengobral janji, dan sebagainya yang
pada dasarnya untuk menunjukkan kepada orang lain siapa diri kita seperti yang
kita inginkan. Sementara itu, tujuan jangka panjang dapat diraih lewat keahlian
komunikasi, misalnya keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing ataupun
keahlian menulis. Kedua tujuan itu (jangka pendek dan panjang) tentu saja
saling berkaitan dalam arti bahwa pengelolaan kesan itu secara kumulatif dapat
digunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang berupa keberhasilan dalam
karier, misalnya untuk memperoleh jabatan, kekuasaan, penghormatan sosial, dan kekayaan.
C. Prinsip Komunikasi Pembelajaran
1.
Respect
Prinsip pertama dalam mengembangkan komunikasi
yang efektif adalah sikap menghargai setiap individu yang akan menjadi sasaran
pesan yang di sampaikan. Guru dituntut dapat memahami bahwa ia harus bisa
menghargai setiap siswa yang dihadapinya. Rasa hormat dan saling
menghargai merupakan prinsip yang pertama dalam berkomunikasi dengan orang lain
karena pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Membangun
komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati akan dapat
membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang dapat meningkatkan
efektivitas kinerja guru baik sebagai individu maupun secara keseluruhan
sebagai tim.
Salah satu prinsip paling dalam sifat dasar
manusia adalah kebutuhan untuk dihargai. Penghargaan terhadap individu adalah
suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Ini adalah suatu rasa lapar manusia yang
tak terperikan dan tak tergoyahkan sehingga setiap individu yang dapat
memuaskan kelaparan hati tersebut akan menggenggam orang dalam telapak
tangannya. Selain itu penghargaan yang tulus terhadap individu dapat
membangkitkan antusiasme dan mendorong orang lain melakukan hal–hal terbaik.
Guru yang memberikan penghargaan secara tulus kepada para murid maka akan
dihargai pula oleh muridnya dan menjadikan proses belajar mengajar menjadi
sebuah proses yang menyenangkan bagi semua pihak.
2.
Emphaty
Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan
diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu
prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk
mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti
oleh orang lain. Dengan memahami dan mendengarkan orang lain terlebih dahulu,
kita dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan dalam
membangun kerjasama atau sinergi dengan orang lain. Rasa empati akan memampukan
kita untuk dapat menyampaikan pesan (message) dengan cara dan sikap yang
akan memudahkan penerima pesan (receiver) menerimanya. Komunikasi di
dunia pendidikan diperlukan saling memahami dan mengerti keberadaan,
perilaku dan keinginan dari siswa. Rasa empati akan menimbulakan respek atau
penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan yang merupakan unsur utama
dalam membangun sebuah suasana kondusif di dalam proses belajar-mengajar. Jadi
sebelum kita membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu mengerti
dan memahami dengan empati calon penerima pesan kita. Sehingga nantinya pesan
kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologi atau penolakan dari
penerima.
3.
Audible
Prinsip audible berarti
adalah dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Berbeda dengan prinsip
yang kedua yakni empati dimana guru harus mendengar terlebih dahulu ataupun
mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible adalah menjamin
bahwa pesan yang disampaikan dapat diterima oleh penerima pesan dengan
baik. Dalam rangka mencapai hal tersebut maka pesan harus di sampaikan melalui
media (delivery channel) sehingga dapat diterima dengan baik oleh
penerima pesan. Hal itu menuntut kemampuan guru dalam menggunakan
berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio-visual yang dapat
membantu supaya pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh para
murid.
4.
Clarity
Prinsip clarity adalah kejelasan dari
isi pesan supaya tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai macam
penafsiran. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparasi.
Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang
ditutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust)
dari penerima pesan. Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga
dan pada gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme siswa dalam proses
belajar-mengajar. Dengan cara seperti ini siswa tidak akan menganggap lagi
proses belajar-mengajar sebagai formalitas tetapi akan mengganggapnya sebagai
sebuah kebutuhan pokok bagi kehidupannya.
5.
Humble
Prinsip kelima dalam membangun komunikasi yang
efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan
hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari
oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Kerendahan hati merupakan suatu cara
agar orang lain merasa nyaman (care) karena ia merasa sejajar sehingga
memudahkan komunikasi dalam dua arah.
Komunikasi yang efektif dalam proses
pembelajaran sangat berdampak terhadap keberhasilan pencapaian tujuan.
Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah antara
komunikator dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai
dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Jika dalam pembelajaran
terjadi komunikasi yang efektif antara pengajar dengan siswa, maka dapat
dipastikan bahwa pembelajaran tersebut berhasil. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka para pengajar, pendidik, atau instruktur pada lembaga-lembaga
pendidikan atau pelatihan harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik.
Kemampuan komunikasi yang dimaksud dapat berupa kemampuan memahami dan
mendesain informasi, memilih dan menggunakan saluran atau media, serta
kemampuan komunikasi antar pribadi dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran sebagai subset dari proses
pendidikan harus mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas
pendidikan, yang pada ujungnya akan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Agar pembelajaran dapat mendukung peningkatan mutu
pendidikan, maka dalam proses pembelajaran harus terjadi komunikasi yang
efektif, yang mampu memberikan kefahaman mendalam kepada peserta didik atas
pesan atau materi belajar.
Komunikasi
dikatakan efektif dalam pembelajaran apabila terdapat aliran informasi dua arah
antara pendidik dengan peserta didik dan informasi tersebut sama-sama direspon
sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Setidaknya terdapat
lima aspek yang perlu dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif (Abdul
Majid, 2013), yaitu :
1.
Kejelasan
Hal ini dimaksudkan bahwa dalam komunikasi harus menggunakan bahasa
dan mengemas informasi secara jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh
komunikan.
2.
Ketepatan
Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar
dan kebenaran informasi yang disampaikan.
3.
Konteks
Konteks atau sering disebut dengan situasi, maksudnya adalah bahwa
bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan
lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.
4.
Alur
Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur
atau sistematika yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat
tanggap.
5.
Budaya
Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga
berkaitan dengan tatakrama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus
menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi karena para peserta
didik juga terlahir dari budaya yang berbeda, baik dalam penggunaan bahasa
verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi.
Menurut Santoso Sastropoetro (Riyono Pratikno : 1987) berkomunkasi
efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian
yang sama tentang suatu pesan, atau sering disebut dengan “the communication is
in tune”. Agar komunikasi dapat berjalan secara efektif, harus dipenuhi
beberapa syarat :
1.
menciptakan
suasana komunikasi yang menguntungkan
2.
menggunakan
bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti
3.
pesan
yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat bagi pihak komunikan
4.
pesan
dapat menggugah kepentingan komunikan yang dapat menguntungkan
5.
pesan
dapat menumbuhkan suatu penghargaan bagi pihak komunikan.
Terkait dengan proses pembelajaran, komunikasi dikatakan efektif
jika pesan yang dalam hal ini adalah materi pelajaran dapat diterima dan
dipahami, serta menimbulkan umpan balik yang positif bagi siswa. Komunikasi
efektif dalam pembelajaran harus didukung dengan keterampilan komunikasi antar
pribadi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik. Komunikasi antar pribadi
merupakan komunikasi yang berlangsung secara informal antara dua orang
individu. Komunikasi ini berlangsung dari hati ke hati, karena diantara kedua
belah pihak terdapat hubungan saling mempercayai. Komunikasi antar pribadi akan
berlangsung efektif apabila pihak yang berkomunikasi menguasai keterampilan
komunikasi antar pribadi.
Dalam kegiatan pembelajaran, komunikasi antar pribadi merupakan
suatu keharusan, agar terjadi hubungan yang harmonis antara pengajar dengan
peserta belajar. Keefektifan komunikasi dalam kegiatan pembelajaran ini sangat
tergantung dari kedua belah pihak. Akan tetapi karena pengajar yang memegang
kendali kelas, maka tanggung jawab terjadinya komunikasi dalam kelas yang sehat
dan efektif terletak pada tangan pengajar. Keberhasilan pengajar dalam
mengemban tanggung jawab tersebut dipengaruhi oleh keterampilannya dalam
melakukan komunikasi ini.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Komunikasi
pembelajaran adalah proses penyampaian gagasan dari seseorang kepada orang lain
supaya mencapai keberhasilan dalam mengirim pesan kepada yang dituju secara
efektif dan efisien dalam proses belajar mengajar.
2.
Menurut
William I.Gordon, Komunikasi Pembelajaran mempunyai empat fungsi menurut
kerangka yang dikemukakan, yakni: fungsi komunikasi sosial, komunikasi
ekspresif, komunikasi ritual dan fungsi komunikasi instrumental.
3.
Prinsip
komunikasi ada 5, yaitu : respect, emphaty, audible, clarity, humble.
Komunikasi yang efektif dalam proses pembelajaran sangat berdampak terhadap
keberhasilan pencapaian tujuan. Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat
aliran informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan informasi
tersebut sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi
tersebut.
B. Saran
1.
Para
pengajar, pendidik, atau instruktur pada lembaga-lembaga pendidikan atau
pelatihan harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Kemampuan komunikasi
yang dimaksud dapat berupa kemampuan memahami dan mendesain informasi, memilih
dan menggunakan saluran atau media, serta kemampuan komunikasi antar pribadi
dalam proses pembelajaran.
2.
Diharapkan
agar mahasiswa khusunya pendidik dapat lebih mengetahui dan memahami peranan
media pendidikan dalam proses komunikasi pembelajaran yang ada. Sehingga
setelah mempelajari pembahasan ini, kita mampu mengefektifkan proses komunikasi
dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan dari pembelajaran itu sendiri.
3.
Agar
pembelajaran dapat mendukung peningkatan mutu pendidikan, maka dalam proses
pembelajaran harus terjadi komunikasi yang efektif, yang mampu memberikan
kefahaman mendalam kepada peserta didik atas pesan atau materi belajar.
4.
Untuk
membangun komunikasi efektif seseorang harus memiliki karakter yang kokoh yang
dibangun dari integritas pribadi yang kuat, karena seorang pendidik menjadi
factor yang terus disorot oleh siswa, oleh karena itu apabila Anda seorang
pendidik diharapkan bisa menjadi teladan yang baik bagi siswa dalam setiap
perilakunya
C. Rekomendasi
Berdasarkan
kesimpulan yang telah dipaparkan, maka penulis mengajukan rekomendasi yang
dipandang bermanfaat, antara lain:
1.
Kepada
Para Dosen STAI Al-Musaddadiyah diharapkan dapat mengontrol terhadap mahasiswa,
agar mampu mewujudkan mahasiswa yang dapat memahami hal-hal yang berkenaan
dengan materi tentang pendidikan, khususnya mengenai pengertian,
kedudukan, fungsi, tujuan, kegunaan, jenis, syarat-syarat dan sistem evaluasi
pendidikan islam.
2.
Kepada
para mahasiswa STAI Al-Musaddadiyah diharapkan dapat menerapkan dan
memanfaatkan hal-hal apa saja yang berkaitan dengan materi tentang pengembangan
sistem evaluasi, khususnya pengertian, kedudukan, fungsi, tujuan,
kegunaan, jenis, syarat-syarat dan sistem evaluasi pendidikan islam.
DAFTAR
PUSTAKA
Adang H, Darmajari, Arip S (2012). Metodologi pembelajaran kajian teoritis praktis. LP3G (Lembaga Pembinaan dan
Pengembangan Profesi guru) Banten.
Didi S, Deni D (2012), Komunikasi
Pembelajaran. PT Remaja Rosda Karya Bandung
Syaiful Sagala (2005), Konsep
dan Makna Pembelajaran, Alfabeta Bandung.
Arsyad, A (2006). Media
Pembelajaran. PT RajaGrafindo Persada Jakarta.
http://sitiyuliana91.blogspot.com/