Sunday, October 16, 2016

URGENSI PEMAHAMAN MATERI AQIDAH AKHLAK KEPADA PESERTA DIDIK

BAB II
KAJIAN TEORITIK
A.     Urgensi Pemahaman Materi Aqidah Akhlak
1.      Pengertian Urgensi
Urgensi jika dilihat dari bahasa latin bernama “urgere” yaitu kata kerja yang berarti mendorong dan jika dilihat dari bahasa inggris bernama “urgent” yang memiliki arti kata sifat. Menurut kamus bahasa Indonesia, Urgensi adalah hal yang sangat penting atau keharusan yang sangat mendesak untuk diselesaikan, dengan demikian mengandaikan ada suatu masalah dan harus segera ditindak lanjuti. 
2.      Pengertian Aqidah
Secara etimologi, aqidah berasal dari bahasa Arab: aqada – ya’qidu – aqidatan (aqidah) yang artinya: simpul, ikatan, perjanjian, dan kokoh (al-Munawar, 1984: 1023). Adapun secara terminologi (istilah), akidah adalah ajaran Islam yang berkaitan dengan keyakinan. Mengapa keyakinan? Karena sebagian besar pembahasannya banyak berkaitan dengan sesuatu yang ghaib, hal-hal metafisis, yang tidak bisa dibuktikan secara empiris, tidak bisa dilihat dengan indera fisik (panca indera).
Menurut M Hasbi Ash Shiddiqi mengatakan aqidah menurut ketentuan bahasa (bahasa arab) ialah sesuatu yang dipegang teguh dan terhunjam kuat di dalam lubuk jiwa dan tak dapat beralih dari padanya. 
Aqidah menurut Syaikh Mahmoud Syaltout adalah segi teoritis yang dituntut pertama-tama dan terdahulu dari segala sesuatu untuk dipercayai dengan suatu keimanan yang tidak boleh dicampuri oleh syakwasangka dan tidak dipengaruhi oleh keragu-raguan. 
Syekh Hasan Al-Bannah menyatakan aqidah sebagai sesuatu yang seharusnya hati membenarkannya sehingga menjadi ketenangan jiwa, yang menjadikan kepercayaan bersih dari kebimbangan dan keragu-raguan.
Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy: "Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini keshahihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.
3.      Pengertian Akhlak
Kata “akhlak” (Akhlaq) berasal dari   bahasa Arab, merupakan bentuk jamak dari ”khuluq” yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Kata tersebut mengandung segi persesuaian dengan kata “khalq” yang berarti kejadian. Ibnu ‘Athir menjelaskan bahwa khuluq adalah gambaran batin manusia yang sebenarnya (yaitu jiwa dan sifat-sifat batiniah), sedangkan akhlaq merupakan gambaran bentuk jasmaninya (raut muka, warna kulit, tinggi rendah badan, dan lain sebagainya).
Kata khuluq sebagai bentuk tunggal dari akhlak, tercantum dalam Al-quran surah Al-Qalam (68):4, yang artinya: “Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti yang agung” Kata akhlak juga dapat kita temukan dalam hadis yang sangat populer yang diriwayatkan oleh Imam Malik, yang artinya: “Bahwasanya aku (Muhammad) diutus tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak mulia;”.
Secara terminologis, terdapat beberapa definisi akhlak yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya adalah sebagai berikut:
a.       Ahmad Amin mendefinisikan akhlak sebagai”kehendak yang dibiasakan”. Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa akhlak adalah “sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.
b.      Abdullah Darraz mengemukakan bahwa akhlak adalah “suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap yang membawa kecendrungan kepada pemilihan pada pihak yang benar (akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (akhlak yang buruk)”.  
Disamping itu istilah “akhlak”,kita juga mengenal istilah “etika” dan ‘moral”. Ketiga istilah itu sama-sama menentukan nilai baik dan buruk dari sikap dan perbuatan manusia. Perbedaannya terletak pada standar masing-masing. Akhlak standarnya adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Sedangkan etika standarnya pertimbangan akal pikiran, dan moral standarnya adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat
1)      Etika
Perkataan etika berasal dari bahasa yunani ethos yang berarti adat kebiasaan. Didalam kamus istilah pendidikan dan umum dikatakan bahwa etika adalah bagian dari filsafat yang mengajarkan keluhuran budi (baik dan buruk). Menurut Dr. H. Hamzah ya’qub “etika adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran” (Asmaran, 1992: 7). Etika menurut Ki Hajar Dewantara “etika adalah ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia semuanya”. (Saputra, 2004: 59).      
2)      Moral
Perkataan moral berasal dari bahasa Latin mores yaitu jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah baik buruk perbuatan dan perkataan. Moral merupakan istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai atau hukum baik dan buruk. Perbedaan antara moral dan etika yaitu, etika lebih banyak bersifat teoritis sedangkan moral lebih banyak bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku manusia saecara umum, sedangkan moral secara lokal. Moral menyatakan ukuran, sedangkan etika menjelaskan ukuran itu (Asmaran, 1992: 8-9).
3)      Kesusilaan
Kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan ke dan akhiran an. Susila berasal dari bahasa sansekerta, yaitu su dan sila. Su yang berarti baik, bagus dan sila berarti dasar, prinsip, peraturan   hidup atau norma. Didalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan, susila berarti sopan, beradab, baik budi bahasanya dan kesusilaan sama dengan kesopanan. Kata susila selanjutnya digunakan untuk arti sebagai aturan hidup yang lebih baik. Orang susila adalah orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang yang asusila adalah orang yang berkelakuan buruk.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang telah terlatih, sehinnga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan, tanpa dipikirkan dan diangan-angankan terlebih dahulu.


4.      Pengertian Aqidah akhlak
Aqidah Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran yang terbentuk dari manifestasi pembangunan batiniah yang berhubungan dengan moral, akhidah maupun ibadah. Mata pelajaran ini dipandang sebagai salah satu mata pelajaran yang baik untuk menyebarkan, mengenalkan, menanamkan dan mendalami nilai-nilai religius, terutama mereka yang beragama Islam.
Aqidah dan akhlak sendiri sangatlah luas namun dari pengertian sebelumnya dapat kita simpulkan bahwa akhidah akhlak merupakan kepercayaan yang di yakini kebenarannya di dalam hati,yang diikrarkan dengan lisan dan diartikan dengan perbuatan yang terpuji sesuai dengan ajaran Al- qur’an dan hadist.
Aqidah dan akhlak merupakan hal yang tidak dapat di pisahkan.maka menjaga aqidah akhlak merupakan hal penting bagi kita hal-hal yang tidak dapat kita lakukan antara lain dengan mempelajari ilmu-ilmu yang menyangkut aqidah akhlak, hal-hal yang dapat merusak aqidah akhlak,menjauhkan perbuatan-perbuatan yang dapat merusak aqidah akhlak dan mengamalkan ilmu yang telah kita pelajari.
1)      Dasar Aqidah Akhlaq
Dasar aqidah akhlak adalah ajaran Islam itu sendiri yang merupakan sumber-sumber hukum dalam Islam yaitu Al Qur’an dan Al Hadits. Al Qur’an dan Al Hadits adalah pedoman hidup dalam Islam yang menjelaskan kriteria atau ukuran baik buruknya suatu perbuatan manusia. Dasar aqidah akhlak yang pertama dan utama adalah Al Qur’an dan. Ketika ditanya tentang aqidah akhlak Nabi Muhammad SAW, Siti Aisyah berkata.” Dasar aqidah akhlak Nabi Muhammad SAW adalah Al Qur’an.”
Islam mengajarkan agar umatnya melakukan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan buruk. Ukuran baik dan buruk tersebut dikatakan dalam Al Qur’an. Karena Al Qur’an merupakan firman Allah, maka kebenarannya harus diyakini oleh setiap muslim.
Dalam Surat Al-Maidah ayat 15-16 disebutkan yang artinya “Sesungguhnya telah datang kepadamu rasul kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al-Kitab yang kamu sembunyikan dan banyak pula yang dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahayadari Allah dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan izin-Nya, dan menunjuki meraka ke jalan yang lurus.”
Dasar aqidah akhlak yang kedua bagi seorang muslim adalah AlHadits atau Sunnah Rasul. Untuk memahami Al Qur’an lebih terinci, umat Islam diperintahkan untuk mengikuti ajaran Rasulullah SAW, karena perilaku Rasulullah adalah contoh nyata yang dapat dilihat dan dimengerti oleh setiap umat Islam (orang muslim).
Pembelajaran Aqidah Akhlaq adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah SWT, dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman, keteladanan dan pembiasaan. Dalam kehidupan masyarakat yang majemuk dalam bidang keagamaan, pembelajaran itu juga diarahkan pada peneguhan aqidah di satu sisi dan peningkatan toleransi serta saling menghormati dengan penganut agama lain dalam rangka mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa.
2)      Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak
a)      Fungsi
Mata pelajaran Aqidah Akhlaq dalam pendidikan berfungsi untuk:
1.      Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat;
2.      Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta akhlaq mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga;
3.      Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui Aqidah Akhlaq;
4.      Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari;
5.      Pencegahan peserta didik dari hal-hal yang negatif dari lingkungannya atau dari budaya asing yang akan dihadapinya sehari-hari;
6.      Pengajaran tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan akhlaq, serta sistem dan fungsionalnya;
7.      Penyaluran peserta didik untuk mendalami Aqidah Akhlaq pada jenjang pembelajaran yang lebih tinggi.
b)      Tujuan
Mata pelajaran Aqidah Akhlaq bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengamalan peserta didik tentang Aqidah dan Akhlaq Islam, sehingga menjadi manusia muslim yan terus berkembang dan meningkat kualitas keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pembelajaran yang lebih tinggi.
3)             Karakteristik Mata Pelajaran Aqidah dan Akhlaq
Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tertentu yang dapat membedakannya dengan mata pelajaran lain.  Adapun karakteristik mata pelajaran Aqidah dan Akhlaq adalah sebagai berikut:
a)      Pembelajaran Aqidah dan Akhlaq merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam agama Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits.  Untuk kepentingan pembelajaran, dikembangkan materi Aqidah dan Akhlaq pada tingkat yang lebih rinci sesuai tingkat dan jenjang pembelajaran.
b)       Prinsip-prinsip dasar Aqidah adalah keimanan atau keyakinan yang tersimpul dan terhujam kuat di dalam lubuk jiwa atau hati manusia yang diperkuat dengan dalil-dalil naqli, aqli, dan wijdani atau perasaan halus dalam meyakini dan mewujudkan rukun iman yang enam yaitu, iman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan iman kepada takdir.  Prinsip-prinsip Akhlaq adalah pembentukan sikap dan kepribadian seseorang agar berakhlak mulia atau Akhlaq Al-Mahmudah dan mengeliminasi akhlak tecela atau akhlak Al-Madzmumah sebagai manifestasi akidahnya dalam perilaku hidup seseorang dalam berakhlak kepada Allah dan Rasul-Nya, kepada diri sendiri, kepada sesama manusia, dan kepada alam serta makhluk lain. 
c)      Mata pelajaran Aqidah dan Akhlaq merupakan salah satu rumpun mata pelajaran pembelajaran agama di madrasah (Al-Qur’an Hadits, Aqidah Akhlaq, Syari’ah/Fiqih Ibadah Muamalah dan Sejarah Kebudayaan Islam) yang secara integratif menjadi sumber nilai dan landasan moral spiritual yang kokoh dalam pengembangan keilmuan dan kajian keislaman, termasuk kajian Aqidah dan Akhlaq yang terkait dengan ilmu dan teknologi serta seni dan budaya.
d)      Mata pelajaran Aqidah dan Akhlaq tidak hanya mengantarkan peserta didik untuk menguasai pengetahuan dan pemahaman tentang Aqidah dan Akhlaq dalam ajaran Islam, melainkan yang terpenting adalah bagaimana peserta didik dapat mengamalkan Aqidah dan Akhlaq itu dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran Aqidah dan Akhlaq menekankan keutuhan dan keterpaduan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku atau lebih menekankan pembentukan ranah efektif dan psikomotorik yang dilandasi oleh ranah kognitif.
e)      Tujuan mata pelajaran Aqidah dan Akhlaq adalah untuk membentuk peserta didik beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta memiliki akhlaq mulia.  Tujuan inilah yang sebenarnya merupakan misi utama diutusnya Nabi Muhammad SAW, untuk memperbaiki akhlak manusia.  Dengan demikian, pembelajaran Aqidah dan Akhlaq merupakan jiwa pembelajaran agama Islam. Mengembangkan dan membangun akhlak yang mulia merupakan tujuan sebenarnya dalam setiap pelaksanaan pembelajaran.  Sejalan dengan tujuan itu maka semua mata pelajaran atau bidang studi yang diajarkan kepada peserta didik haruslah memuat pembelajaran akhlak dan oleh karena itu setiap guru mengemban tugas menjadikan dirinya dan peserta didiknya berakhlak mulia.


5.      Urgensi Pemahaman Materi Aqidah Akhlak Kepada Peserta Didik
Mengapa orang mesti mempunyai akidah atau keyakinan? Karena keyakinan adalah mesin yang menggerakkan sikap dan perbuatan seseorang. Sebagai contoh, orang yang punya keyakinan bahwa dirinya akan sukses pasti akan tergerak untuk mencapai kesuksesan tersebut. Sebaliknya, orang yang yakin kalau dirinya tak akan pernah sukses, maka ia cenderung pasif dan malas. Orang yang yakin kalau harta adalah sumber kebahagiaan, maka ia juga akan berusaha keras untuk mendapatkannya. Demikian seterusnya.
Intinya, keyakinan adalah penggerak semua aktifitas manusia. Sikap dan perbuatan manusia pada dasarnya adalah cerminan dari keyakinannya. Selanjutnya, akidah menjadi penting karena dua hal yakni:
Pertama, akidah adalah bagian terpenting dalam ajaran Islam. Jika ajaran Islam ini diumpamakan jasad, maka iman adalah ruhnya. Ia adalah jantung yang memompa darah kehidupan ke sekujur badan. Demikian halnya dengan akidah. Dialah yang menjadi ruh ajaran Islam. Berdasarkan imanlah seseorang akan dinilai di hadapan Allah. Pada gilirannya, imanlah yang akan mengontrol dan mengarahkan perilaku seorang Mukmin. Bahkan, shalat, haji, puasa, dan seluruh amal baik tak ada gunanya tanpa adanya keimanan. Demikian juga kualitas keberagamaan kita, kualitas ibadah kita juga diukur dengan seberapa besar keimanan kita kepada Allah. Mungkin kita shalat dan melakukan kebajikan lain, tapi apakah kita benar-benar mengingatnya? Apakah Allah senantiasa hadir dalam kehidupan kita? Apakah kalau kita sedang shalat kita merasa benar-benar sedang menghadap Allah? Apakah saat kita mendapat keberuntungan kita sadar bahwa itu datangnya dari Allah?
Kedua, akidah mempunyai manfaat yang besar dalam kehidupan. Hidup ini sangat labil, penuh dengan ujian dan cobaan. Untuk menghadapi situasi semacam ini manusia memerlukan pegangan yang kokoh, memerlukan sandaran yang kuat, membutuhkan mental yang tahan banting. Bagaimana cara mendapatkan semuanya? Caranya adalah dengan beriman kepada Allah. Jadi beriman kepada Allah adalah konsep dasar untuk membentuk pribadi yang tangguh. Orang-orang yang beriman dan mengikuti petunjuk Allah akan menjadi sosok tangguh yang kebal dari rasa takut dan kesedihan (QS. Al-Baqarah: 38)
Dalam aspek – aspek ajaran islam, baik aqidah, ibadah mu’amalah bagi setiap muslim ketiganya merupakan aspek-aspek yang bersifat taklifi (kewajiban) yang harus dilaksanakan. Sejarah membuktikan bahwa semua aspek ajaran tersebut tidak dapat terlaksana tanpa adanya akhlak yang baik. Dari sini dapat dipahami bahwa akhlak merupakan pilar yang sangat penting dalam Islam. Akhlak yang mulia adalah pertanda kematangan iman serta merupakan kunci kesuksesan hidup di dunia dan akhirat. Nabi Muhammad sebagai Rasul terakhir diutus oleh Allah untuk mengemban misi penyempurnaan akhlak manusia yang telah runtuh sejak zaman para nabi yang terdahulu. Beliau bersabda:
ٳنَّمَابُعِثْتُ لِأُتَمِّم  مَكَارِمَ الْأَخْلاَقِ (رواه أحمدوالبيهقى)
“Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.” (HR. Ahmad dan Baihaqi)
Apakah Rasulullah diutus hanya untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlak? Tentu tidak hanya itu saja, tetapi pada dasarnya syariat yang dibawa para Rasul bermuara pada pembentukkan akhlak mulia. Berbagai ritual diperintahkan Allah melalui para Nabi dan Rasul, ternyata banyak bermuara pada pembentukkan akhlak, seperti dalam perintah Shalat sebagai berikut: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Ankabut:45) Ayat tersebut secara jelas menyatakan, bahwa muara dari ibadah Shalat adalah terbentuknya pribadi yang terbebas dari sikap keji dan munkar, pada hakikatnya adalah terbentuknya manusia berakhlak mulia, bahkan jika kita telusuri proses Shalat selalu dimulai dengan berbagai persyaratan tertentu, seperti bersih badan, pakaian dan tempat, dengan cara mandi dan wudhu, Shalat dipersiapkan untuk membentuk sikap manusia selalu bersih, patuh, tata peraturan, dan melatih seseorang untuk tepat waktu.
Selanjutnya, akhlak juga dapat menentukan beriman atau tidaknya seseorang “Demi Allah ia tidak beriman, demi Allah ia tidak beriman, demi Allah ia tidak beriman. Para sahabat bertanya, siapakah mereka wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab: orang yang tidak menyimpan rahasia kejelekan tetangganya (H. R. Muslim).
Hadits tersebut secara nyata mengandung arti bahwa orang yang berakhlak buruk kepada tetangganya oleh Rasulullah dianggap tidak beriman, selama ini mungkin kita menganggap perbuatan jahat kita kepada orang lain atau tetangga sebagai sesuatu yang biasa, sesuatu yang tidak akan berpengaruh pada eksistensi keimanan, padahal kalau kita mengetahui, ternyata berakhlak jelek sangat besar pengaruhnya terhadap keimanan. Bahkan manusia paling jelek di sisi Allah pada hari kiamat adalah manusia berakhlak jelek.” sesungguhnya manusia paling jelek disisi Allah pada hari kiamat adalah seseorang yang ditinggalkan orang lain, karena menghindari kejelekannya.” (H.R. Bukhari). Sebaliknya orang yang paling dicintai oleh Rasulullah adalah yang paling baik akhlaknya, “sesungguhnya orang yang paling aku cintai dia yang paling dekat tempat duduknya pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya.” (H.R. Attirmidzi). Ternyata orang mukmin yang sempurna imannya bukan karena banyak ibadahnya, tetapi yang baik akhlaknya, “orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya.” (H.R. Abu Daud). Demikian juga orang bertakwa dan berakhlak mulia dijamin masuk syurga,” penyebab utama masuknya manusia ke syurga, karena bertakwa kepada Allah dan kemuliaan akhlaknya.” (H. R. Tirmidzi).
Manusia mempunyai kecendrungan untuk berbuat baik dan buruk. Biasanya orang bertakwa akan berbuat dan bersikap baik dan mengutamakan akhlak mulia, perbuatan baik merupakan wujud kemuliaan akhlaknya, sedangkan perbuatan baik akan menghapus perbuatan-perbuatan buruk. Pencerminan diri seseorang juga sering digambarkan melalui tingkah laku atau akhlak yang ditunjukkan. Bahkan akhlak merupakan perhiasan diri bagi seseorang karena orang yang berakhlak jika dibandingkan dengan orang yang tidak berakhlak tentu sangat jauh perbedaannya.
Aqidah Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran yang terbentuk dari manifestasi pembangunan batiniah yang berhubungan dengan moral, akhidah maupun ibadah. Mata pelajaran ini dipandang sebagai salah satu mata pelajaran yang baik untuk menyebarkan, mengenalkan, menanamkan dan mendalami nilai-nilai religius, terutama mereka yang beragama Islam.
Oleh sebab itu fungsi dari lembaga pendidikan adalah mencetak siswa-siswi yang mempunyai akhlakul karimah sesuai dengan misi pendidikan nasional. Dengan ditunjang materi aqidah akhlak yang mengandung nilai-nilai aqidah dan akhlak sehingga bisa memajukan pendidikan Indonesia. Karena pada saat ini kemerosotan moral bangsa indonesia dan tingkat korupsi yang semakin tinggi itu disebabkan karena akhlak bangsa indonesia dari hari kehari semakin merosot.
Pembelajaran aqidah akhlak mempunyai peranan penting dalam mewujudkan perilaku anak didik dalam bergaul disekolah maupun dilingkungan masyarakat. Salah satu contoh bagai mana sikap seorang siswa kepada bapak/ibu guru ketika berpapasan dijalan, pasti ketika siswa sudah diajari dengan sifat-sifat terpuji kepada seorang guru pasti siswa akan mempraktikan apa yang ia dapat dari pelajaran aqidah akhlak tersebut, tetapi anak didik yang tidak dibekali dengan akhlak-akhlak terpuji kepada seorang guru maka ia tidak akan mengetahui bagaimana cara menghormati seorang guru

No comments:

Post a Comment

LOGO SMP-IT ALKHOIRIYYAH GARUT