BAB II
KAJIAN TEORITIK
A.
Urgensi Pemahaman Materi Aqidah Akhlak
1.
Pengertian Urgensi
Urgensi jika dilihat dari bahasa latin bernama “urgere” yaitu kata
kerja yang berarti mendorong dan jika dilihat dari bahasa inggris bernama
“urgent” yang memiliki arti kata sifat. Menurut kamus bahasa Indonesia, Urgensi
adalah hal yang sangat penting atau keharusan yang sangat mendesak untuk diselesaikan,
dengan demikian mengandaikan ada suatu masalah dan harus segera ditindak
lanjuti.
2.
Pengertian Aqidah
Secara
etimologi, aqidah berasal dari bahasa Arab: aqada – ya’qidu – aqidatan
(aqidah) yang artinya: simpul, ikatan, perjanjian, dan kokoh (al-Munawar,
1984: 1023). Adapun secara terminologi (istilah), akidah adalah ajaran Islam
yang berkaitan dengan keyakinan. Mengapa keyakinan? Karena sebagian besar
pembahasannya banyak berkaitan dengan sesuatu yang ghaib, hal-hal metafisis,
yang tidak bisa dibuktikan secara empiris, tidak bisa dilihat dengan indera
fisik (panca indera).
Menurut
M Hasbi Ash Shiddiqi mengatakan aqidah menurut ketentuan bahasa (bahasa arab)
ialah sesuatu yang dipegang teguh dan terhunjam kuat di dalam lubuk jiwa dan
tak dapat beralih dari padanya.
Aqidah
menurut Syaikh Mahmoud Syaltout adalah segi teoritis yang dituntut pertama-tama
dan terdahulu dari segala sesuatu untuk dipercayai dengan suatu keimanan yang
tidak boleh dicampuri oleh syakwasangka dan tidak dipengaruhi oleh
keragu-raguan.
Syekh
Hasan Al-Bannah menyatakan aqidah sebagai sesuatu yang seharusnya hati
membenarkannya sehingga menjadi ketenangan jiwa, yang menjadikan kepercayaan
bersih dari kebimbangan dan keragu-raguan.
Menurut
Abu Bakar Jabir al-Jazairy: "Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat
diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran
itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini keshahihan dan
keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan
kebenaran itu.
3.
Pengertian Akhlak
Kata “akhlak”
(Akhlaq) berasal dari bahasa Arab, merupakan bentuk jamak dari
”khuluq” yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau
tabiat. Kata tersebut mengandung segi persesuaian dengan kata “khalq” yang
berarti kejadian. Ibnu ‘Athir menjelaskan bahwa khuluq adalah
gambaran batin manusia yang sebenarnya (yaitu jiwa dan sifat-sifat batiniah),
sedangkan akhlaq merupakan gambaran bentuk jasmaninya (raut muka, warna kulit, tinggi rendah
badan, dan lain sebagainya).
Kata khuluq
sebagai bentuk tunggal dari akhlak, tercantum dalam Al-quran surah Al-Qalam (68):4,
yang artinya: “Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas
budi pekerti yang agung” Kata akhlak juga dapat kita temukan dalam hadis yang
sangat populer yang diriwayatkan oleh Imam Malik, yang artinya: “Bahwasanya aku
(Muhammad) diutus tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak mulia;”.
Secara
terminologis, terdapat beberapa definisi akhlak yang dikemukakan oleh para ahli
diantaranya adalah sebagai berikut:
a.
Ahmad Amin mendefinisikan akhlak
sebagai”kehendak yang dibiasakan”. Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa akhlak
adalah “sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan
dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.
b.
Abdullah Darraz mengemukakan bahwa akhlak
adalah “suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap yang membawa kecendrungan
kepada pemilihan pada pihak yang benar (akhlak yang baik) atau pihak yang jahat
(akhlak yang buruk)”.
Disamping itu istilah
“akhlak”,kita juga mengenal istilah “etika” dan ‘moral”. Ketiga istilah itu
sama-sama menentukan nilai baik dan buruk dari sikap dan perbuatan manusia. Perbedaannya
terletak pada standar masing-masing. Akhlak standarnya adalah Al-Qur’an dan
Sunnah. Sedangkan etika standarnya pertimbangan akal pikiran, dan moral
standarnya adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat
1)
Etika
Perkataan etika berasal dari bahasa yunani ethos yang berarti
adat kebiasaan. Didalam kamus istilah pendidikan dan umum dikatakan bahwa
etika adalah bagian dari filsafat yang mengajarkan keluhuran budi (baik dan
buruk). Menurut Dr. H. Hamzah ya’qub “etika adalah ilmu yang menyelidiki mana
yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia
sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran” (Asmaran, 1992: 7). Etika
menurut Ki Hajar Dewantara “etika adalah ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan di
dalam hidup manusia semuanya”. (Saputra, 2004: 59).
2)
Moral
Perkataan moral
berasal dari bahasa Latin mores yaitu jamak dari mos yang berarti adat
kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah
baik buruk perbuatan dan perkataan. Moral merupakan istilah yang digunakan untuk
memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai atau hukum baik dan
buruk. Perbedaan antara moral dan etika yaitu, etika lebih banyak bersifat
teoritis sedangkan moral lebih banyak bersifat praktis. Etika memandang
tingkah laku manusia saecara umum, sedangkan moral secara lokal. Moral menyatakan
ukuran, sedangkan etika menjelaskan ukuran itu (Asmaran, 1992: 8-9).
3)
Kesusilaan
Kesusilaan
berasal dari kata susila yang mendapat awalan ke dan akhiran an. Susila berasal
dari bahasa sansekerta, yaitu su dan sila. Su yang berarti baik, bagus dan sila
berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma. Didalam kamus
umum bahasa Indonesia dikatakan, susila berarti sopan, beradab, baik budi
bahasanya dan kesusilaan sama dengan kesopanan. Kata susila selanjutnya
digunakan untuk arti sebagai aturan hidup yang lebih baik. Orang susila adalah orang yang berkelakuan baik,
sedangkan orang yang asusila adalah orang yang berkelakuan buruk.
Dari beberapa pengertian diatas,
dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah
tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan
jiwa yang telah terlatih, sehinnga dalam
jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan
perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan, tanpa
dipikirkan dan diangan-angankan terlebih dahulu.
4.
Pengertian Aqidah akhlak
Aqidah Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran yang terbentuk
dari manifestasi pembangunan batiniah yang berhubungan dengan moral, akhidah
maupun ibadah. Mata pelajaran ini dipandang sebagai salah satu mata pelajaran
yang baik untuk menyebarkan, mengenalkan, menanamkan dan mendalami nilai-nilai
religius, terutama mereka yang beragama Islam.
Aqidah dan akhlak sendiri sangatlah luas namun dari pengertian
sebelumnya dapat kita simpulkan bahwa akhidah akhlak merupakan kepercayaan yang
di yakini kebenarannya di dalam hati,yang diikrarkan dengan lisan dan diartikan
dengan perbuatan yang terpuji sesuai dengan ajaran Al- qur’an dan hadist.
Aqidah dan akhlak merupakan hal yang tidak dapat di pisahkan.maka
menjaga aqidah akhlak merupakan hal penting bagi kita hal-hal yang tidak dapat
kita lakukan antara lain dengan mempelajari ilmu-ilmu yang menyangkut aqidah
akhlak, hal-hal yang dapat merusak aqidah akhlak,menjauhkan perbuatan-perbuatan
yang dapat merusak aqidah akhlak dan mengamalkan ilmu yang telah kita pelajari.
1)
Dasar
Aqidah Akhlaq
Dasar aqidah akhlak adalah ajaran Islam itu sendiri yang merupakan
sumber-sumber hukum dalam Islam yaitu Al Qur’an dan Al Hadits. Al Qur’an dan Al
Hadits adalah pedoman hidup dalam Islam yang menjelaskan kriteria atau ukuran
baik buruknya suatu perbuatan manusia. Dasar aqidah akhlak yang pertama dan
utama adalah Al Qur’an dan. Ketika ditanya tentang aqidah akhlak Nabi Muhammad
SAW, Siti Aisyah berkata.” Dasar aqidah akhlak Nabi Muhammad SAW adalah Al
Qur’an.”
Islam mengajarkan agar umatnya melakukan perbuatan baik
dan menjauhi perbuatan buruk. Ukuran baik dan buruk tersebut
dikatakan dalam Al Qur’an. Karena Al Qur’an merupakan firman Allah, maka
kebenarannya harus diyakini oleh setiap muslim.
Dalam Surat Al-Maidah ayat 15-16 disebutkan yang artinya
“Sesungguhnya telah datang kepadamu rasul kami, menjelaskan kepadamu
banyak dari isi Al-Kitab yang kamu sembunyikan dan banyak pula yang
dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahayadari Allah dan kitab
yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang
mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula)
Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang
terang benderang dengan izin-Nya, dan menunjuki meraka ke jalan yang lurus.”
Dasar aqidah akhlak yang kedua bagi seorang muslim adalah AlHadits
atau Sunnah Rasul. Untuk memahami Al Qur’an lebih terinci, umat Islam
diperintahkan untuk mengikuti ajaran Rasulullah SAW, karena perilaku
Rasulullah adalah contoh nyata yang dapat dilihat dan dimengerti oleh setiap
umat Islam (orang muslim).
Pembelajaran Aqidah Akhlaq adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimani
Allah SWT, dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan
sehari-hari melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan
pengalaman, keteladanan dan pembiasaan. Dalam kehidupan masyarakat yang majemuk
dalam bidang keagamaan, pembelajaran itu juga diarahkan pada peneguhan aqidah
di satu sisi dan peningkatan toleransi serta saling menghormati dengan penganut
agama lain dalam rangka mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa.
2) Fungsi
dan Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak
a) Fungsi
Mata pelajaran Aqidah Akhlaq
dalam pendidikan berfungsi untuk:
1. Penanaman
nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat;
2. Pengembangan
keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta akhlaq mulia peserta didik
seoptimal mungkin, yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga;
3. Penyesuaian
mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui Aqidah Akhlaq;
4. Perbaikan
kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan,
pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari;
5. Pencegahan
peserta didik dari hal-hal yang negatif dari lingkungannya atau dari budaya
asing yang akan dihadapinya sehari-hari;
6. Pengajaran
tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan akhlaq, serta sistem dan
fungsionalnya;
7. Penyaluran
peserta didik untuk mendalami Aqidah Akhlaq pada jenjang pembelajaran yang
lebih tinggi.
b) Tujuan
Mata
pelajaran Aqidah Akhlaq bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan
peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian
dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengamalan peserta
didik tentang Aqidah dan Akhlaq Islam, sehingga menjadi manusia muslim yan
terus berkembang dan meningkat kualitas keimanan dan ketakwaannya kepada Allah
SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pembelajaran yang
lebih tinggi.
3)
Karakteristik
Mata Pelajaran Aqidah dan Akhlaq
Setiap mata
pelajaran memiliki karakteristik tertentu yang dapat membedakannya dengan mata
pelajaran lain. Adapun karakteristik mata pelajaran Aqidah dan
Akhlaq adalah sebagai berikut:
a) Pembelajaran
Aqidah dan Akhlaq merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran
dasar yang terdapat dalam agama Islam yang bersumber dari Al-Quran dan
Al-Hadits. Untuk kepentingan pembelajaran, dikembangkan materi
Aqidah dan Akhlaq pada tingkat yang lebih rinci sesuai tingkat dan jenjang
pembelajaran.
b) Prinsip-prinsip
dasar Aqidah adalah keimanan atau keyakinan yang tersimpul dan terhujam kuat di
dalam lubuk jiwa atau hati manusia yang diperkuat dengan dalil-dalil naqli,
aqli, dan wijdani atau perasaan halus dalam meyakini dan mewujudkan rukun iman
yang enam yaitu, iman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya,
hari akhir, dan iman kepada takdir. Prinsip-prinsip Akhlaq adalah
pembentukan sikap dan kepribadian seseorang agar berakhlak mulia atau Akhlaq
Al-Mahmudah dan mengeliminasi akhlak tecela atau akhlak Al-Madzmumah sebagai
manifestasi akidahnya dalam perilaku hidup seseorang dalam berakhlak kepada
Allah dan Rasul-Nya, kepada diri sendiri, kepada sesama manusia, dan kepada
alam serta makhluk lain.
c) Mata
pelajaran Aqidah dan Akhlaq merupakan salah satu rumpun mata pelajaran
pembelajaran agama di madrasah (Al-Qur’an Hadits, Aqidah Akhlaq, Syari’ah/Fiqih
Ibadah Muamalah dan Sejarah Kebudayaan Islam) yang secara integratif menjadi
sumber nilai dan landasan moral spiritual yang kokoh dalam pengembangan
keilmuan dan kajian keislaman, termasuk kajian Aqidah dan Akhlaq yang terkait
dengan ilmu dan teknologi serta seni dan budaya.
d)
Mata pelajaran
Aqidah dan Akhlaq tidak hanya mengantarkan peserta didik untuk menguasai
pengetahuan dan pemahaman tentang Aqidah dan Akhlaq dalam ajaran Islam,
melainkan yang terpenting adalah bagaimana peserta didik dapat mengamalkan
Aqidah dan Akhlaq itu dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran Aqidah dan
Akhlaq menekankan keutuhan dan keterpaduan antara pengetahuan, sikap, dan
perilaku atau lebih menekankan pembentukan ranah efektif dan psikomotorik
yang dilandasi oleh ranah kognitif.
e)
Tujuan mata
pelajaran Aqidah dan Akhlaq adalah untuk membentuk peserta didik beriman dan
bertaqwa kepada Allah SWT serta memiliki akhlaq mulia. Tujuan inilah
yang sebenarnya merupakan misi utama diutusnya Nabi Muhammad SAW, untuk
memperbaiki akhlak manusia. Dengan demikian, pembelajaran Aqidah dan
Akhlaq merupakan jiwa pembelajaran agama Islam. Mengembangkan dan membangun
akhlak yang mulia merupakan tujuan sebenarnya dalam setiap pelaksanaan pembelajaran. Sejalan
dengan tujuan itu maka semua mata pelajaran atau bidang studi yang diajarkan
kepada peserta didik haruslah memuat pembelajaran akhlak dan oleh karena itu
setiap guru mengemban tugas menjadikan dirinya dan peserta didiknya berakhlak mulia.
5.
Urgensi Pemahaman Materi Aqidah Akhlak Kepada Peserta Didik
Mengapa orang mesti mempunyai akidah atau
keyakinan? Karena keyakinan adalah mesin yang menggerakkan sikap dan perbuatan
seseorang. Sebagai contoh, orang yang punya keyakinan bahwa dirinya akan sukses
pasti akan tergerak untuk mencapai kesuksesan tersebut. Sebaliknya, orang yang
yakin kalau dirinya tak akan pernah sukses, maka ia cenderung pasif dan malas.
Orang yang yakin kalau harta adalah sumber kebahagiaan, maka ia juga akan berusaha
keras untuk mendapatkannya. Demikian
seterusnya.
Intinya, keyakinan adalah penggerak semua
aktifitas manusia. Sikap dan perbuatan manusia pada dasarnya adalah cerminan
dari keyakinannya. Selanjutnya, akidah menjadi penting karena dua hal yakni:
Pertama, akidah adalah bagian terpenting dalam ajaran
Islam. Jika ajaran Islam ini diumpamakan jasad, maka iman adalah ruhnya. Ia
adalah jantung yang memompa darah kehidupan ke sekujur badan. Demikian halnya
dengan akidah. Dialah yang menjadi ruh ajaran Islam. Berdasarkan imanlah
seseorang akan dinilai di hadapan Allah. Pada gilirannya, imanlah yang akan
mengontrol dan mengarahkan perilaku seorang Mukmin. Bahkan, shalat, haji,
puasa, dan seluruh amal baik tak ada gunanya tanpa adanya keimanan. Demikian juga
kualitas keberagamaan kita, kualitas ibadah kita juga diukur dengan seberapa
besar keimanan kita kepada Allah. Mungkin kita shalat dan melakukan kebajikan
lain, tapi apakah kita benar-benar mengingatnya? Apakah Allah senantiasa hadir
dalam kehidupan kita? Apakah kalau kita sedang shalat kita merasa benar-benar
sedang menghadap Allah? Apakah saat
kita mendapat keberuntungan kita sadar bahwa itu datangnya dari Allah?
Kedua, akidah mempunyai manfaat yang besar dalam
kehidupan. Hidup ini sangat labil, penuh dengan ujian dan cobaan. Untuk
menghadapi situasi semacam ini manusia memerlukan pegangan yang kokoh,
memerlukan sandaran yang kuat, membutuhkan mental yang tahan banting. Bagaimana
cara mendapatkan semuanya? Caranya adalah dengan beriman kepada Allah. Jadi beriman
kepada Allah adalah konsep dasar untuk membentuk pribadi yang tangguh.
Orang-orang yang beriman dan mengikuti petunjuk Allah akan menjadi sosok
tangguh yang kebal dari rasa takut dan kesedihan (QS. Al-Baqarah: 38)
Dalam aspek – aspek ajaran islam, baik aqidah,
ibadah mu’amalah bagi setiap muslim ketiganya merupakan aspek-aspek yang
bersifat taklifi (kewajiban) yang harus dilaksanakan. Sejarah membuktikan bahwa
semua aspek ajaran tersebut tidak dapat terlaksana tanpa adanya akhlak
yang baik. Dari sini
dapat dipahami bahwa akhlak merupakan pilar yang sangat penting dalam Islam. Akhlak yang
mulia adalah pertanda kematangan iman serta merupakan kunci kesuksesan hidup di
dunia dan akhirat. Nabi Muhammad sebagai Rasul terakhir diutus oleh Allah untuk
mengemban misi penyempurnaan akhlak manusia yang telah runtuh sejak zaman para
nabi yang terdahulu. Beliau bersabda:
ٳنَّمَابُعِثْتُ لِأُتَمِّم مَكَارِمَ الْأَخْلاَقِ (رواه أحمدوالبيهقى)
“Aku
diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.” (HR. Ahmad dan Baihaqi)
Apakah
Rasulullah diutus hanya untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlak? Tentu
tidak hanya itu saja, tetapi pada dasarnya syariat yang dibawa para Rasul
bermuara pada pembentukkan akhlak mulia. Berbagai ritual diperintahkan Allah
melalui para Nabi dan Rasul, ternyata banyak bermuara pada pembentukkan akhlak,
seperti dalam perintah Shalat sebagai berikut: “Bacalah apa yang telah
diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya
shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar dan
Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S.
Al-Ankabut:45) Ayat tersebut secara jelas menyatakan, bahwa muara dari ibadah
Shalat adalah terbentuknya pribadi yang terbebas dari sikap keji dan munkar,
pada hakikatnya adalah terbentuknya manusia berakhlak mulia, bahkan jika kita
telusuri proses Shalat selalu dimulai dengan berbagai persyaratan tertentu,
seperti bersih badan, pakaian dan tempat, dengan cara mandi dan wudhu, Shalat
dipersiapkan untuk membentuk sikap manusia selalu bersih, patuh, tata
peraturan, dan melatih seseorang untuk tepat waktu.
Selanjutnya,
akhlak juga dapat menentukan beriman atau tidaknya seseorang “Demi Allah ia
tidak beriman, demi Allah ia tidak beriman, demi Allah ia tidak beriman. Para
sahabat bertanya, siapakah mereka wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab: orang
yang tidak menyimpan rahasia kejelekan tetangganya (H. R. Muslim).
Hadits
tersebut secara nyata mengandung arti bahwa orang yang berakhlak buruk kepada
tetangganya oleh Rasulullah dianggap tidak beriman, selama ini mungkin kita
menganggap perbuatan jahat kita kepada orang lain atau tetangga sebagai sesuatu
yang biasa, sesuatu yang tidak akan berpengaruh pada eksistensi keimanan,
padahal kalau kita mengetahui, ternyata berakhlak jelek sangat besar
pengaruhnya terhadap keimanan. Bahkan manusia paling jelek di sisi Allah pada
hari kiamat adalah manusia berakhlak jelek.” sesungguhnya manusia paling jelek
disisi Allah pada hari kiamat adalah seseorang yang ditinggalkan orang lain,
karena menghindari kejelekannya.” (H.R. Bukhari). Sebaliknya orang yang paling
dicintai oleh Rasulullah adalah yang paling baik akhlaknya, “sesungguhnya orang
yang paling aku cintai dia yang paling dekat tempat duduknya pada hari kiamat
adalah orang yang paling baik akhlaknya.” (H.R. Attirmidzi). Ternyata orang mukmin yang
sempurna imannya bukan karena banyak ibadahnya, tetapi yang baik akhlaknya, “orang
mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya.”
(H.R. Abu Daud). Demikian juga orang bertakwa dan berakhlak mulia dijamin masuk
syurga,” penyebab utama masuknya manusia ke syurga, karena bertakwa kepada
Allah dan kemuliaan akhlaknya.” (H. R. Tirmidzi).
Manusia
mempunyai kecendrungan untuk berbuat baik dan buruk. Biasanya orang bertakwa
akan berbuat dan bersikap baik dan mengutamakan akhlak mulia,
perbuatan baik merupakan wujud kemuliaan akhlaknya, sedangkan perbuatan baik
akan menghapus perbuatan-perbuatan buruk. Pencerminan diri seseorang juga
sering digambarkan melalui tingkah laku atau akhlak yang ditunjukkan. Bahkan
akhlak merupakan perhiasan diri bagi seseorang karena orang yang berakhlak jika
dibandingkan dengan orang yang tidak berakhlak tentu sangat jauh perbedaannya.
Aqidah
Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran yang terbentuk dari manifestasi
pembangunan batiniah yang berhubungan dengan moral, akhidah maupun ibadah. Mata
pelajaran ini dipandang sebagai salah satu mata pelajaran yang baik untuk
menyebarkan, mengenalkan, menanamkan dan mendalami nilai-nilai religius,
terutama mereka yang beragama Islam.
Oleh sebab
itu fungsi dari lembaga pendidikan adalah mencetak siswa-siswi yang mempunyai
akhlakul karimah sesuai dengan misi pendidikan nasional. Dengan ditunjang
materi aqidah akhlak yang mengandung nilai-nilai aqidah dan akhlak sehingga
bisa memajukan pendidikan
Indonesia. Karena pada saat ini kemerosotan moral bangsa indonesia dan tingkat
korupsi yang semakin tinggi itu disebabkan karena akhlak bangsa indonesia dari
hari kehari semakin merosot.
Pembelajaran aqidah akhlak mempunyai peranan
penting dalam mewujudkan perilaku anak didik dalam bergaul disekolah maupun
dilingkungan masyarakat. Salah satu contoh bagai mana sikap seorang siswa
kepada bapak/ibu guru ketika berpapasan dijalan, pasti ketika siswa sudah
diajari dengan sifat-sifat terpuji kepada seorang guru pasti siswa akan
mempraktikan apa yang ia dapat dari pelajaran aqidah akhlak tersebut, tetapi
anak didik yang tidak dibekali dengan akhlak-akhlak terpuji kepada seorang guru
maka ia tidak akan mengetahui bagaimana cara menghormati seorang guru
No comments:
Post a Comment