Monday, October 23, 2017

URGENSI PEMAHAMAN MATERI AKIDAH AKHLAK KEPADA PESERTA DIDIK


URGENSI PEMAHAMAN MATERI AKIDAH AKHLAK KEPADA PESERTA DIDIK

MAKALAH
“Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur mata kuliah Pembelajaran Akidah Akhlak”
Dosen : Husnan Sulaiman M.pd

 










Disusun Oleh : Kelompok 2 (Dua)
Ayub Zakaria
(142100   )
Abdul Mu’min
(142100   )
Hani Nazira
(142100   )
Zaki Darajat
(142100   )


FAKULTAS TARBIYAH PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
AL-MUSADDADIYAH GARUT
TAHUN 2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Alloh SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, solawat serta salam semoga dilimpah curahkan kepada Nabi Muhamad SAW, Rasululloh terakhir yang diutus dengan membawa syari’ah yang mudah, penuh rahmat dan membawa keselamatan dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Berkat karunia serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur pada mata kuliah Pembelajaran Akidah akhlak jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) semester 5. Kami berusaha semaksimal mungkin berkarya dengan harapan makalah ini dapat membantu pencapaian kompetensi mahasiswa dalam rangka mengingkatkam kualitas bangsa Indonesia.
Makalah ini disajikan dengan bahasa yang mudah dipahami serta memuat aspek mengenai Urgensi Pemahaman Materi Akidah Akhlak Kepada Peserta Didik.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pendidikan di Indonesia. Kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk memperbaiki makalah ini yang jauh dari kesempurnaan.
                                                                                                         


Garut,    Oktober  2016


Penyusun,



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . . . .  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .              i
DAFTAR ISI  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  ii
BAB I PENDAHULUAN                             
A.    Latar belakang . . . . . . . . . . . . . . . . .  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .       1
B.     Rumusan masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .       2
C.     Tujuan penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .        2
D.    Manfaat Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .      2
E.     Sistematika Penulisan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .      3
BAB II PEMBAHASAN
A.    Hubungan antara Nilai dengan Filsafat                                                                   
1.      Nilai…………………………………………………………………..………. 4
2.      Filsafat………………………………………………………………………... 5
3.      Hubungan antara Nilai dengan Filsafat………………………………………  5
B.     Hubungan antara Pendidikan Nilai dengan Ilmu Pengetahuan.
1.      Ilmu Pengetahuan . ………………………….. ………………………………7
2.      Pendidikan Nilai……………………………………………………………… 9
3.      Hubungan antara Pendidikan Nilai dengan Ilmu Pengetahuan………………. 10
BAB III PENUTUP
Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  12
Saran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  12

DAFTAR PUSTAKA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . …. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . …… 13

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan nilai berperanan penting dalam upaya mewujudkan manusia Indonesia yang utuh. Pembinaan nilai sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan dapat menjadi sarana ampuh dalam menangkal pengaruh-pengaruh negatif, baik pengaruh yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Sejalan dengan derap laju pembangunan dan laju perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS), serta arus reformasi sekarang ini, pembinaan nilai semakin dirasa penting sebagai salah satu alat pengendali bagi tercapainya tujuan pendidikan nasional secara utuh. Namun, sekarang ini tampak ada gejala di kalangan anak muda, bahkan orang tua yang menunjukkan bahwa mereka mengabaikan nilai dan moral dalam tata krama pergaulan yang sangat diperlukan dalam suatu masyarakat yang beradab (civil society). Dalam era reformasi sekarang ini seolah-olah orang bebas berbuat apa saja sesuai dengan kehendaknya. Misalnya, perkelahian massal, penjarahan, pemerkosaan, pembajakan kendaraan umum, penghujatan, perusakan tempat ibadah, lembaga pendidikan, kantor-kantor pemerintahan dan sebagainya, yang menimbulkan korban jiwa dan korban kemanusiaan.
Bangsa Indonesia saat ini tidak hanya mengalami proses pendangkalan nilai yang seharusnya dimiliki serta dihayati dan dijunjung tinggi. Nilai-nilai itu kini bergeser dari kedudukan dan fungsinya serta digantikan oleh keserakahan, ketamakan, kekuasaan, kekayaan dan kehormatan. Dengan pergeseran fungsi dan kedudukan nilai itu, kehidupan bermasyarakat dan berbangsa dirasakan semakin hambar dan keras, rawan terhadap kekerasan, kecemasan, bentrok fisik (kerusuhan) dan merasa tidak aman. Dekadensi moral juga tercermin dalam sikap dan perilaku masyarakat yang tidak dapat menghargai orang lain, hidup dan perikehidupan bangsa dengan manusia sebagai indikator harkat dan martabatnya. Nilai-nilai moral menempatkan hak asasi manusia (HAM) sebagai ukuran pencegahan pelanggaran-pelanggaran berat, seperti pembunuhan, pemerkosaan, perkelahian, penculikan, pembakaran, perusakan dan lain-lain.
Dengan demikian, salah satu problematika kehidupan bangsa yang terpenting di abad ke-21 adalah nilai moral dan akhlak. Kemerosotan nilai-nilai moral yang mulai melanda masyarakat kita saat ini tidak lepas dari ketidakefektifan penanaman nilai-nilai moral, baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat secara keseluruhan. Efektivitas paradigma pendidikan nilai yang berlangsung di jenjang pendidikan formal hingga kini masih sering diperdebatkan.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas, maka kami menyusun sebuah makalah sederhana yang berjudul “Hubungan Nilai, Filsafat, Pendidikan Nilai dan Ilmu Pengetahuan” sebagai sebuah atensi dalam membumikan Pendidikan Nilai di Indonesia pada umumnya dan khususnya di lembaga-lembaga pendidikan itu sendiri.
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat disimpulkan beberapa poin rumusan masalah diantaranya yaitu :
1.      Bagaimana Hubungan antara Nilai dengan Filsafat ?
2.      Bagaimana Hubungan antara Pendidikan Nilai dengan Ilmu Pengetahuan ?
C.    Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan dapat di uraikan sebagai berikut :
1.      Agar mengetahui Hubungan antara Nilai dengan Filsafat
2.      Agar mengetahui Hubungan antara Pendidikan Nilai dengan Ilmu Pengetahuan
D.    Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan dalam makalah ini yaitu, kita atau pembaca dapat memahami dan mengetahui mengenai wawasan pemahaman mengenai Hubungan Nilai, Filsafat, Pendidikan Nilai dan Ilmu Pengetahuan. Untuk memperluas wawasan dan pandangan mahasiswa/mahasiswi terhadap prospek perkembangan pendidikan nilai.
E.     Sistematika Penulisan
Dalam sistematika penulisan, kami merangkum tiga bab. Bab pertama yaitu terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan. Bab ke dua membahas mengenai Islam Sebagai Sumber Nilai Dalam Pendidikan Dan Pelaksanaan Pendidikan Islam Sebagai Suatu Sistem Nilai. Bab ke tiga yaitu bab penutup membahas mengenai kesimpulan dan saran-saran.














BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hubungan antara Nilai dengan Filsafat
1.      Nilai
Nilai secara etimologi merupakan pandangan kata value(bahasa inggris) yang berbasi moral (moral value). Dalam kehidupan sehari-hari, kata Nilai merupakan sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas dan berguna bagi manusia. Dalam pembahasan ini kata nilai merupakan kualitas yang berbasis moral. Istilah ini dalam filsafat dipakai untuk menunjukkan kata benda abstrak yang artinya keberhargaan  yang setara dengan berarti atau kebaikan.
Dari sudut pandang terminologi nilai dapat diartikan berdasarkan difinisi tokoh-tokoh yang ada di dalamnya.sebagai berikut
Max Scheler mengatakn bahwa: nilai merupakan kualitas yang tidak tergantung, dan tidak berubah seiring dengan perubahan barang. Contohnya:kursi tidak akan berubah menjadi meja ketika suatu objek dibuat menjadi kursi.
Immanuel Kant mengatakan bahwa: nilai tidak tergantung pada materi, ia murni sebagai nilai tampa bergantung pada pengalaman. Contohnya: manusia membunuh karena keinginan dia sendiri untuk membunuh tampah pengaruh dari orang lain yang menyuruhnya.
Jadi , Kehidupan dalam dunia ini merupakan sesuatu yang sangat bernilai namun dalam kenyataannya setiap yang bernilai itu mempunyai lapisan dan aspek yang berbeda – beda. Dalam memahami nilai itu kita harus sadar akan nilai itu sendiri yang ada pada manusia.


2.       Filsafat
Secara etimologi filsafat berasal dari dua kata pokok yaitu: philo dan shopia.Kata Philo berarti cinta atau sahabat, dan Sophia berarti kebijaksanaan, kearifan dan pengetahuan. Sehingga kat filsafat berarti cinta kebijaksanaan, cinta kearifan, cinta pengetahuan, atau sahabat pengetahuan, sahabat bijaksana, dan sahabat kearifat.
Secara terminologi filsafat dapat dia artikan dengan kegiatan berpikir secara bijak,arif,sistematis,menyeluruh dan logis terhadap sesuatu. Jadi menurut Nina W. Syam dalam sebuah bukunya Dr.Mustari Mustafa mengatakan bahwa berfilsafat pada dasarnya adalah perenungan yang mendalam mengenai sesuatu yang dia anggap atau dinilai bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Filsafat adalah usaha untik mengetahui sebaga sesuatu. ‘ada’ (being) merupakan implikasi dasar. Jadi, segala sesuatu yang mempunyai kualitas tertentu pasti ‘ada’. Filsafat mempunyai tujuan untuk membicarakan kaber-‘ada’an. Filsafat juga membehas lapisan terahir dari segala sesuatu atau membahas masalah yang paling mendasar.
Tujuan filsafat adalah mencari hakekat dari sesuatu objek atau gejala secara mendalam, sedangkan dalam filsafat nilai membicarakan hakekat nilai tertentu, untuk masuk kepada hakekat sesuatu, filsafat nilai  disini menjadi fokusnya filsafat. Filsafat juga bersifat integral  yang berarti mempunyai kecenderungan untuk memperoleh pengetahuan yang utuh sebagai suatu keseluruhan. Sehingga filsafat memendang objeknya secara utuh.[5]
3.      Hubungan Filsafat dengan Nilai
Dalam filsafat nilai juga disebut sebagai Aksiologi. Sebagai cabang filsafat yang memperlajari nilai estetika dan etika terhadap hasil dari pengetahuan. Aksiologi ini juga merupakan ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai terhadap persoalan kefilsafatan, nilai yang dimaksud adalah nilai guna, nilai fungsi dan nilai manfaat.[6]
Berbicara hubungan filsafat dengan nilai merupakan sesuatu yang tak bisa di pisahkan, karena nilai merupakan bagian dari filsafat atau cabang dari filsafat yang membahas mengenai nilai-nilai yang ada dalam filsafat itu sendiri yaitu nilai etika,etiket, norma dan nilai estetika yang keduanya membutuh pemikiran secara mendalam untuk mendapatkan hakikat dari nilai-nilai itu.
a.       Etika merupakan ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
b.      Estetika, juga biasa disebut dengan filsafat keindahan. Dimana membahas mengenai norma atau nilai indah dan tidak indah. Objelk dari estetika adalah pengalaman akan keindahan. Dalam estetika yang dicari adalah hakekat dari keindahan, bentuk-bentuk pengalaman keindahan (seperti keindahan jasmani dan keindahan rohani, keindahan alam dan keindahan seni).
Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik. Baik pada diri seseorang maupun pada saat suatu masyarakat atau kelompok masyarakat. Yang berarti etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik,dan segala kebiasaan yang dianut diwariskan dari satu orang ke orang lain. Dengan kata lain, etika adalah nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi pegangan seseorang atau sekelompok dalam mangatur tingka lakunya.
Sedangkan filsafat merupakan nilai dimana filsafat mencoba memberikan pemahaman secara mendalam tentang sesuatu yang dia anggap atau dinilai bermanfaat bagi kehidupan manusia. Jadi jelas hubungan antara nilai dengan filsafat tidak bisa terpisahkan. Filsafat nilai adalah cabang yang membahas nilai secara filosof atau kefilsafatan, mendasar, menyeluruh, sistematis sampai pada hakekat nilai itu sendiri untuk mendapatkan kebenaran sesuai dengan kenyataan.
Selain itu ada juga masalah relatif dan Absolut. Nilai relative terganutng pada yang menilai nilai menjadui penting dalam  kehidupan manusia, menjadi pegangan dan prinsip hidup, sehingga dapat mempengaruhi tindakannya. nilai dapat dimengerti sebagai norma atau pegangan yang mengarahkan manusia pada perbuatan-perbuatanyang terpuji. Perbuatan manusia tersebut mengarah pada kebahagiaan bagi dirinya. Sedangkan nilai absolut tidak bisa diubah atau diganggu gugat, ada pada dirinya sendiri. Tidak ada yang mengungguli, sifatnya tetap. Misalnya tuhan maha adil, maha pengasih. Dengan nilai absolut tersebut maka sesungguhnya nilai-nilai itu menjadisuatu hakekat universal yang kita jadikan sebagai standar untuk menilai berbagai hal sesuai dengan porsi hakekat, kebaikan dan keindahan wujudnya, baik dalam jiwa atau dalam realitas nyata.
Selain kaitannya dengan nilai etika dan estetika, aksiologi berorintasi kepada asas manfaat atau tujuan, yaitu bagaimana filsafat  nilai mampu memberi pemecahan terhadap persoalan-persoalan baik dalam kaitannya dengan persoalan kehidupan manusia, maupun asan manfaat bagi pengembangan interdisipliner dalam filsafat nilai. Ada yang beranggapan bahwa tujuan ilmu pengetahuan sebagai upaya para peneliti menjadikan alat untuk menambah kehidupan kesenangan manusia dalam kehidupan yang terbatas dimuka bumi. Sebagai lagi diorientasikan sebagai alat untuk meningkatkan kebudayaan dan kemajuan bagi umat manusia secara keseluruhan baik bersifat objektif maupun subjektif.
B.     Hubungan antara Pendidikan Nilai dengan Ilmu Pengetahuan
1.      Ilmu Pengetahuan 
Ilmu Pengetahuan  berasal dari kata bahasa Inggris yakni science, yang berasal dari bahasa latin scientia dari bentuk kata kerja scire yang berarti mempelajari, mengetahui. Pertumbuhan selanjutnya pengertian ilmu pengetahuan mengalami perluasan arti sehingga menunjuk pada segenap pengetahuan sistematik. Dalam bahasa Jerman dikenal wissenschaft.
The Liang Gie (1987) memberikan pengertian ilmu adalah rangkaian aktivitas penelaahan yang mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh pemahaman secara rasional empiris mengenai dunia ini dalam berbagai seginya, dan keseluruhan pengetahuan sistematis yang menjelaskan berbagai gejala yang ingin di mengerti manusia.[  
Sedangkan pengetahuan (knowledge) yang dapat dikenali (identify), dapat diterangkan (explain), dapat dilukiskan (describe), dapat diperkirakan (predict), dapat dianalisis (diagnosis), dan dapat diawasi (control) akan menjadi suatu ilmu (science). 
Dari pendapat diatas, maka setiap ilmu sudah pasti pengetahuan, tetapi setiap pengetahuan belum tentu sebagai ilmu. Kemudian syarat yang paling penting untuk keberadaan suatu pengetahuan disebut ilmu adalah adanya objek. Pengetahuan yang bukan ilmu dapat saja berupa pengetahuan tentang seni dan moral.
Ada tiga kategori pengetahuan yang perlu kita kenal, yakni :
a.       Pengetahuan inderawi (knowledge) yang meliputi semua fenomena yang dapat dijangkau secara langsung oleh pancaindera. Batas pengetahuan ini adalah segala sesuatu yang tidak tertangkap oleh pancaindera.  Ia merupakan tangga untuk melangkah ke ilmu. 
b.      Pengetahuan keilmuan (science) yang meliputi semua fenomena yang dapat di teliti dengan riset atau eksperimen, sehingga apa yang ada di balik knowledge bisa terjangkau. Batas pengetahuan ini adalah segala sesuatu yang tidak tertangkap oleh rasio dan pancaindera. 
c.       Pengetahuan falsafi yang mencakup segala fenomina yang tak dapat diteliti, tapi dapat dipikirkan. Batas pengetahuan ini adalah alam, bahkan bisa menembus apa yang ada di luar alam yakni Tuhan.
Kalau kita kaji lebih jauh dan mendalam, ternyata ada dua hal yang nampaknya sepele dan sering kita temui dalam kenyataan sehari-hari, yakni tentang penyebutan antara ilmu dan ilmu pengetahuan. Apakah sama ataukah terdapat perbedaan mendasar dari dua istilah di atas ?
Dalam Webster’s New Collegiate Dictionary, tertulis dua istilah : knowledge dan science. Dari penjelasan Webster tersebut, dapat ditarik suatu pelajaran bahwa “knowledge” menjelaskan tentang adanya suatu hal yang diperoleh secara biasa atau sehari-hari (regularly) melalui pengalaman-pengalaman, kesadaran, informasi, dan sebagainya.   Sedangkan “science”, di dalamnya terkandung adanya pengetahuan yang pasti, lebih praktis, sistematik, metodik, ilmiah, dan mencakup kebenaran umum mengenai objek studi yang lebih bersifat fisis (natural) 
Oleh sebab itu, sudah seharusnya ada tuntunan untuk pemberian nama, apakah ilmu ataukah Ilmu Pengetahuan, walaupun kedua hal itu adalah sama pentingnya dalam hidup dan kehidupan manusia. Ilmu membentuk daya intelegensia yang melahirkan adanya skill yang bisa mengkonsumsi setiap masalah. Sedangkan pengetahuan membentuk daya moralitas keilmuan yang kemudian melahirkan tingkah laku dan perbuatan yang berkaitan dengan masalah-masalah yang tercakup di dalam tujuan akhir kehidupan manusia. 
2.      Pendidikan Nilai
Pendidikan Nilai adalah standar atau ukuran (norma) yang kita gunakan untuk mengukur segala sesuatu.  Menurut Scheler, nilai merupakan kualitas yang tidak tergantung pada benda. Benda adalah sesuatu yang bernilai. Ketidaktertgantungan ini mencakup setiap bentuk empiris, nilai adalah kualitas a priori. Ketergantungan tidak hanya mengacu pada objek yang ada di dunia seperti lukisan, patung, tindakan, manusia, dan sebagainya, namun juga reaksi kita terhadap benda dan nilai.

3.      Hubungan Ilmu Pengetahuan dengan Nilai
Ilmu pengetahuan berupaya mengungkapkan realitas sebagaimana adanya, sedangkan moral pada dasarnya adalah petunjuk tentang apa yang seharusnya dilakukan manusia. Hasil –hasil kegiatan keilmuan memberikan alternatif untuk membuat keputusan politik dengan berkiblat pertimbangan moral. 
Persoalannya disini adalah ilmu-ilmu yang berkembang dengan pesat apakah bebas nilai atau tidak ?. Bebas nilai disini sebagaimana dinyatakan oleh Josep Situmorang (1996) menyatakan bahwa bebas nilai artinya tuntutan terhadap setiap kegiatan ilmiah agar didasarkan pada hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri. Ilmu pengetahuan menolak campur tangan faktor eksternal yang tidak secara hakiki menentukan ilmu pengetahuan itu sendiri. Paling tidak ada 3 faktor sebagai indikator bahwa ilmu pengetahuan itu bebas nilai, yaitu :
a.       Ilmu harus bebas dari berbagai pengandaian, yakni bebas dari pengaruh eksternal seperti faktor politis, ideologi, agama, budaya, dan unsur kemasyarakatan lainnya. 
b.      Perlunya kebebasan usaha ilmiah agar otonomi ilmu pengetahuan terjamin.
c.       Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang sering dituding menghambat kemajuan ilmu, karena nilai etis itu sendiri bersifat universal. 
Tetapi pertanyaannya sekarang adalah apakah ilmu pengetahuan mempunyai otonomi yang sedemikian mutlak lepas dari campur tangan pihak lain ? bagaimana jadinya  kalau ilmu pengetahuan dikembangkan secara sedemikian otonom sehingga pada akhirnya tidak memperdulikan berbagai nilai di luar ilmu pengetahuan dan pada akhirnya malah merugiakan manusia ? dan apa sesungguhnya tujuan dari ilmu pengetahuan  itu ? 
Ilmu Pengetahuan dan Nilai – menjawab pertanyaan ini, terdapat dua macam kecenderungan dasar dalam melihat tujuan ilmu pengetahuan tersebut. Pertama, kecenderungan puritan-elitis yang beranggapan bahwa tujuan akhir dari ilmu pengetahuan adalah demi ilmu pengetahuan, yakni mencari dan menemukan penjelasan-penjelasan yang benar tentang segala sesuatu. Tetapi bagi kaum puritan-elitis, kebenaran ilmiah dari penjelasan ini hanya dipertahankan demi kebenaran murni begitu saja dan untuk memuaskan rasa ingin tahu manusia. Maka ilmu pengetahuan bagi mereka dikembangkan hanya demi ilmu pengetahuan. Kedua, kecenderunganpragmatis yang beranggapan bahwa ilmu pengetahuan dikembangkan demi mencari dan memperoleh penjelasan tentang berbagai persoalan dalam alam semesta ini. Ilmu pengetahuan memang bertujuan untuk menemukan kebenaran. Tetapi bagi mereka, ilmu pengetahuan tidak berhenti sampai di situ saja. Ilmu pengetahuan itu pada akhirnya berguna bagi manusia untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi dalam hidupnya.
Dari uraian diatas nampak jelas bahwa berbeda dengan kecenderungan puritan-elitis, bagi kecenderungan pragmatis, ilmu pengetahuan tidak bisa bebas nilai, ilmu pengetahuan terbebani dengan nilai. Ilmu pengetahuan mau tidak mau peduli atas nilai, ia peduli akan keselamatan manusia, akan harkat dan martabat manusia, dan ilmu pengetahuan tidak bisa menutup mata akan semua nilai. 



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pemaparan materi di atas maka dapatlah diambil beberapa kesimpulan, yaitu : Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan merupakan hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu.
 Dalam konteks pembuktian atau justifikasi, ilmu pengetahuan tidak bisa bebas nilai. Sementara dalam konteks penemuan ilmu, demi alasan objektivitas, ilmu pengetahuan tentu bisa bebas nilai.

B.     Saran
Makalah ini di sampaikan kepada Sekolah Tinggi Agama Islam Almusaddadiyah selaku lembaga pendidikan yang mempelajari tentang pendidikan nilai, Yayasan Almusaddadiyah yang menaungi lembaga ini tidak lupa kepada rekan-rekan Mahasiswa yang mempelajari mata kuliah pendidikan nilai ini, semoga beramanfaat dan menjadi bahan referensi juga koreksi dari para pembaca.





DAFTAR PUSTAKA

Frondizi, Risieri, Pengantar Filsafat Nilai, (Yogjakarta : Pustaka Pelajar, 2001)
Hatta, Muhammad, Pengantar ke Jalan Ilmu Pengetahuan (Jakarta: t.p. 1954)
Ismail, Farid Fuad, Cepat Menguasai Ilmu Filsafat, (Jogjakarta : IRCiSoD, 2003)
Keraf, A. Sony, Mikhael Dua, Ilmu Pengetahuan ‘Sebuah Tinjauan Filosofis’, (Yogyakarta:Kanisius, 2001)
Nasution, Andi Hakim, Pengantar ke Filsafat Sains, (Jakarta : Litera AntarNusa, 2008)
Salam, Burhanuddin, Logika Materiil; Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997)
Syafie, Inu Kencana, Pengantar Filsafat, (Bandung : Refika Aditama, 2004)
Suriasumantri, Jujun S., Ilmu dalam Perspektif, (Jakarta : Gramedia, 1978)
Saefuddin, Desekularisasi Pemikiran : Landasan Islamisasi, (Bandung : Mizan, 1998)
Suparlan, Suhartono,  Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Jogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2005)
Surajivo, Filsafat Ilmu & Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009)
Sadulloh, Uyoh, Pengantar Filsafat Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2007) Ilmu Pengetahuan dan Nilai

No comments:

Post a Comment

LOGO SMP-IT ALKHOIRIYYAH GARUT