Monday, February 20, 2017

LAPORAN OBSERVASI AKIDAH AKHLAK DI MA PERSIS 19 BENTAR GARUT


LAPORAN HASIL OBSERVASI

IMPLEMENTASI  PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK
DI MA PERSIS 19 BENTAR GARUT



 “Ditujukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Pembelajaran Akidah Akhlak”
Dosen : Husnan Sulaiman, M.Pd

 









Disusun Oleh :

ABDUL MU’MIN
NPM : 14210004


FAKULTAS TARBIYAH PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
AL-MUSADDADIYAH GARUT
TAHUN 2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Inayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Laporan observasi ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga Laporan observasi ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan saya semoga Laporan observasi ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi Laporan observasi ini sehingga kedepanya bisa lebih baik.
Laporan observasi ini saya akui masih banyak kekurangan yang saya miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangununtuk kesempurnaan Laporan observasi ini.



Hormat Saya,


Abdul Mu’min




DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………...i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang ........................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah…………………………………………………………1
C.     Tujuan Observasi......................................................................................... 2
D.     Waktu Kegiatan Observasi ......................................................................... 2
E.      Narasumber……………………………………………………………….2
BAB II  PEMBAHASAN
A.     Pengertian Pembelajaran Akidah Akhlak...................................................... 4
B.     Sistem Pembelajaran Akidah Akhlak............................................................ 4
C.     Hasil Penelitian............................................................................................ 7
BAB IV  PENUTUP
A.     Kesimpulan .............................................................................................. 11
B.     Saran ....................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN






PERNYATAAN KEASLIAN

Bismillahirrahmanirrahim
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Laporan Obsevasi di MA Persis 19 Bentar Garu yang berjudul “IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI MA PERSIS 19 BENTAR” ini, beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan . atas pernyataan ini , saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkankepada saya berupa tidak memperoleh nilai ujian akhir semester ganjil, apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.


Garut,    Januari  2017
Dosen Pengampu                                                                      Penyusun






Husnan Sulaiman, M.Pd                                                        Abdul Mu’min


BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Madrasah Aliyah merupakan jenjang pendidikan atau tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan, di dalamnya terdapat kurikulum agama Islam lebih banyak daripada SMA/SMK. Aqidah akhlak merupakan satu dari komponen Pendidikan Agama Islam yang mempunyai arahan dalam mendorong, membimbing, mengembangkan kompetensi peserta didik untuk berperilaku yang baik dan jujur.
Menurut Zuhairini, Akhlak merupakan bentuk proyeksi daripada amalan ihsan, yaitu sebagai puncak kesempurnaan dari keimanan dan ke-Islaman seseorang. Dengan kata lain, taqwa dan akhlak sangat erat kaitannya, karena hakekat kemanusiaan yang tinggi dihadapan Allah SWT adalah karena taqwanya, sedangkan dihadapan semua manusia adalah karena akhlaknya. Sedangkan tujuan dari pembelajaran aqidah akhlak di Madrasah Aliyah yaitu untuk membentuk pribadi muslim yang seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmani maupun rohani.
Pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah adalah bagian integral dari pendidikan agama. Walaupun bukan satu-satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian peserta didik tetapi secara subtansial, mata pelajaran akidah akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengamalkan nilai-nilai keyakinan (tauhid) dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan aqidah akhlak berperan penting untuk menopang para peserta didik supaya menjadi insan yang berbudi, berakhlakul karimah. Itu semua tidak luput dari menejemen pembelajaran yang dikelola dengan baik dan sistematis. Banyak lembaga pendidikan yang kurang memperhatikan proses pembelajaran yang terjadi di kelas, masih minimnya media pembelajaran hususnya dari bidang teknologi, sehingga menjadikan peserta didik kurang berminat dan kegairahan atau mengalami kejenuhan dalam belajar, khususnya pembelajaran mata pelajaran akidah akhlak.
Pemberian pendidikan, khususnya pembelajaran akhlak sangat penting bagi pembentukan sikap dan tingkah laku anak, agar menjadi anak yang baik dan bermoral karena pembentukan moral yang tinggi adalah tujuan utama dari pendidikan Islam. Kendati demikian penting materi akhlak bagi pengembangan kepribadian suatu bangsa, namun dalam realitanya sering kurang disadari, sehingga mata pelajaran akidah akhlak kurang diminati. Mata pelajaran akidah akhlak justru dipandang sebagai mata pelajaran pelengkap. Terbukti dengan jam pelajaran untuk akidah akhlak di MA Persis 19 Bentar hanya terhitung kurang dari 1 jam pelajaran seminggu, padahal materi akidah akhlak cukup banyak. Dalam kaitannya dengan persoalan pemberian pendidikan akhlak kepada anak di sekolah, orang tua tidak boleh lepas tangan begitu saja sebab masalah yang dihadapi tidaklah mudah disebabkan keterbatasan waktu yang tersedia. Oleh sebab itu diperlukan kerjasama antara guru dan orang tua disamping diperlukan adanya guru yang profesional yang dapat memberikan pengetahuan dan pendidikan akhlak yang baik.
Dalam hal ini yang paling berperan adalah guru dibidang studi aqidah akhlak, sehingga dengan profesionalismenya dapat memecahkan dan mengatasi problematika pendidikan akhlak pada anak. Dalam proses pembelajaran akidah akhlak di MA Persis 19 Bentar, masih ditemukan problem-problem, ini tidak hanya bersumber pada guru saja akan tetapi beberapa faktor lain ikut mempengaruhinya, misalnya faktor lingkungan, peserta didik, orang tua, teman sepermainan, media elektronik dan sebagainya.
B.     Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Implementasi pembelajaran mata pelajaran Aqidah Akhlak di MA Persis 19 Bentar?
2.      Bagaimana usaha MA Persis 19 Bentar dalam rangka mengefektifkan proses pembelajaran Aqidah Akhlak ?
C.     Tujuan Observasi
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai adalah:
1.      Untuk mengetahui Implementasi pembelajaran mata pelajaran Aqidah Akhlak di MA Persis 19 Bentar.
2.      Untuk mengetahui tindakan dan solusi yang dilakukan oleh MA Persis 19 Bentar dalam rangka mengefektifkan proses pembelajaran.
D.    Waktu Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan pada hari Senin, 16 Januari 2017 yang bertempat di MA Persis 19 Bentar Kabupaten Garut.
E.     Narasumber
Bapak Mulyana, BA (Kepala Madrasah) dan Guru Mata pelajaran Akidah Akhlak (Bapak Yadi Mulyadi / 085793341427).


 




BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Pembelajaran Akidah Akhlak
Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang komplek, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.
Dari makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (Transfer) yang intern dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya. Senada dengan pendapat Dr. Mukhtar, M.Pd, dalam bukunya Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, dijelaskan pembelajaran adalah seperangkat kejadian yang mempengaruhi siswa dalam situasi belajar. Sedangkan Aqidah Ahklak atau budi pekerti merupakan tingkah laku manusia yang disadari oleh kesadaran berbuat baik yang didorong keinginan hati yang selaras dengan perkembangan akal. Dan usaha yang dilakukan secara sadar untuk dapat menyiapkan peserta didik agar beriman terhadap ke-Esa-an Allah SWT. Serta sebagai pokok-pokok atau dasar-dasar keyakinan hidup yang intinya keyakinan kepada Allah SWT yang menciptakan dan mengatur kehidupan ini.
B.     Sistem Pembelajaran Akidah Akhlak
Pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub-sub sistem yang saling terkait, yang bertujuan untuk menghasilkan out put yang berkualitas. Sub sistem pembelajaran adalah sebagai berikut :
1.      Kurikulum
Istilah kurikulum sebenarnya sudah dikenal sejak tahun 1820. Kata “kurikulum” berasal dari bahasa latin currere yang berarti to ru (menyelenggarakan) atau to run the course (menyelenggarakan suatu pengajaran). Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenahi isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Kurikulum mempunyai peranan sentral karena menjadi arah atau titik pusat dari proses pendidikan. Kurikulum dalam pendidikan Islam dikenal dengan kata “Manhaj” yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh pendidik bersama anak didiknya untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap mereka. Selain itu kurikulum juga dipandang sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan.
2.      Guru (peranan pendidik)
Guru adalah seseorang yang mendidik, membimbing, mengajarkan dan mentransferkan ilmunya kepada perserta didik. Menurut Keputusan Menpan No. 26/MENPAN/1989, tanggal 2 Mei 1989 dikemukakan. Guru terlibat langsung dalam proses pendidikan, oleh karena itu guru memegang peranan yang sangat menentukan bagi tujuan pendidikan. Dan guru harus selalu meningkatkan kemampuan profesinya agar dapat melaksanakan tugas dengan baik.
Di samping itu, guru harus bisa menempatkan diri sebagai contoh yang baik bagi peserta didik. Lebih jauh lagi terlepas dari itu, harus adanya keselarasan dari seorang pendidik antara apa yang diucapkan dan dilakukan. Dengan demikian guru tidak hanya pandai berkata-kata akan tetapi guru juga melaksanakan ucapanya tersebut. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT surat Ash-Shaaf, ayat 3 yang artinya : Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa apa yang tidak kamu kerjakan.(Q.S. Ash-Shaaf)
3.      Siswa
Kedudukan siswa dalam kurikulum merupakan “produsen” artinya siswa sendiri yang mencari tahu pengetahuan yang dipelajarinya. Siswa dalam suatu kelas biasanya memiliki kemampuan yang beragam: pandai, sedang dan kurang. Karenanya guru perlu mengatur kapan siswa bekerja perorangan, berpasangan dan kelompok. Menurut teori Piaget, Siswa pada kelompok usia SLTP berada dalam tahap operasi formal atau mereka telah mampu untuk berfikir abstrak. Jadi pada tahap ini siswa sudah mampu menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih baik.
4.      Materi
Materi merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/ istruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Materi yang dimaksud bisa berupa Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
5.      Evaluasi
Secara etimologi “evaluasi” berasal dari kata “to evaluate” yang berarti “menilai”. Dengan begitu evaluasi hasil belajar akan menetapkan baikburuknya hasil dari kegiatan pembelajaran, sementara evaluasi pembelajaran menetapkan baik-buruknya proses dari kegiatan pembelajaran. Rangkaian akhir dari sistem pembelajaran adalah evaluasi. Lewat evaluasi akan bisa diketahui berhasil atau tidaknya dalam melaksanakan pembelajaran.
6.      Penilaian dan Tujuan.
Penilaian awal siswa dilakukan dengan cara memberikan tes, yang berupa pretest. Tes ini dilakukan untuk penjajakan atau pengukuran tentang penguasaan siswa terhadap tujuan yang harus dicapai
7.      Motode dan Orientasitasi pembelajaran
Menurut Isma’il SM dalam bukunya Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis Paikem, dijelaskan bahwa metode adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh yang sesuai dan serasi untuk menyajikan suatu hal sehingga akan tercapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai yang diharapkan. Pengetian lain adalah teknik pengajaran yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa didalam kelas, baik secara individual maupun kelompok agar pelajaran itu dapat diserap dan difahami oleh siswa dengan baik.
Metode sebagai salah satu faktor untuk menentukan tujuan pendidikan, tanpa metode pendidikan segenap pengetahuan, pengalaman sikap dan ketrampilan akan sulit untuk ditransformasikan kepada peserta didik, sehingga pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran harus sesuai dengan materi pelajaran. Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektifitas dan efisiensi pembelajaran dan penggunaan metode yang berfariasi akan sangat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.
8.      Proses Pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran, diharapakan adanya feedback antara pendidik dan peserta didik. Akivitas pengajaran berlangsung secara aktif, kondusif, menyenangkan tidak hanya menekankan pada sisi pendidik saja dalam memberikan pengajaran aqidah akhlak, tetapi menekankan juga pada siswa dan pendidik itu sendiri, sehingga proses pengajaran secara interaktif dan dialogis.

C.     Hasil Penelitian
1.      Gambaran Umum Tentang Objek Penelitian
Nama Sekolah : MA Persis 19 Bentar
Alamat              : Jl. Guntur No. 33, Kp. Bentar Garut
Kepala Madrasah         : Mulyana, BA
Guru Akidah Akhlaq     : Yadi Mulyadi
2.      Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Akidah Akhlak
Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti diketahui, dalam pembelajaran aqidah akhlak di MA Persis 19 Bentar, berlangsung sebagai berikut:
ü  Pembukaan
Sebagaimana lazimnya setiap proses pembelajaran, diawali dengan salam dan apersepsi oleh guru. Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan singkat kepada siswa dan motivasi. Upaya ini dilakukan agar siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran serius dan kondusif.
ü  Kurikulum
Kurikulum yang digunakan di MA Persis 19 Bentar adalah perpaduan antara Kurikulum pemerintah dengan Kurikulum dari PP Persis sehingga memudahkan pendidik dan peserta didik dalam memahami semua pelajaran hususnya pelajaran Akidah akhlak.
ü  Metode
Metode yang digunakan dalam pembelajaran akidah akhlak di MA Persis 19 Bentar, yakni dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Metode ceramah digunakan guru untuk menjelaskan seluruh materi yang ada dalam mata pelajaran akidah akhlak. Sedangkan metode tanya jawab digunakan guru untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, dan siswa diberikan kesempatan untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat jika belum jelas. Metode ini menjadi metode utama dalam setiap pembelajaran materi akidah akhlak, hal ini karena materi-materi akidah akhlak selalu berkaitan dengan pemahaman dan aplikasi.
ü  Media dan sumber belajar
Dalam rangka membantu guru untuk mempermudah pemahaman siswa akan materi yang diajarkan, maka media yang dipakai adalah papan tulis whiteboard , cemi dan Infocus. Sedangkan sumber belajarnya adalah guru dan buku paket/ pedoman akidah lainnya sebagai pendukung seperti LKS (lembar kerja siswa).
ü  Evaluasi
Sebelum pertemuan diakhiri, guru akidah akhlak melakukan kegiatan menyimpulkan pelajaran yaitu berupa tanya jawab. Hal ini sebagai upaya untuk mengetahui keberhasilannya dalam mengajar, tentang pemahaman siswa terhadap materi dan tercapainya tujuan pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, bahwa upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi problematika dalam pembelajaran aqidah akhlak di kelas yaitu upaya pemecahan terhadap problematika yang berhubungan dengan penguasaan dan pengembangan materi, yaitu guru lebih aktif lagi mencari pemecahannya. Adapun yang dilakukan oleh guru yaitu mencari bahan bandingan sebagai sumber pendukung sumber pembelajaran, misalnya guru harus memiliki lebih dari dua buku pegangan aqidah akhlak serta buku dari penerbit yang berbeda. Selain itu akan dilakukan sharing sesama guru Aqidah akhlak. Dari kegiatan tersebut, dengan harapan dapat diperoleh masukan baik materi pembelajaran maupun strategi pembelajaran. Dalam kegiatan itu juga berpeluang mengembangkan diri, sebab secara bergilir setiap guru diwajibkan tampil dengan strategi dari metode pengembangan pengajaran sesuai dengan tingkat kebutuhan siswa dan masalah yang sedang berkembang.
Untuk metode, guru mengadakan kombinasi metode misalnya metode caramah, tanya jawab, diskusi, disamping itu pengajaran dengan tutor sebaya/ belajar melalui tukar delegasi antar kelompok (Jigsaw learning) dilaksanakan. Maksudnya untuk setiap jam pertemuan guru meminta seorang siswa untuk mengantarkan pokok bahasan dan menjelaskan sesuai dengan kemampuan mereka (yang sebelumnya sudah diberi tahu materi yang akan dipelajari sekarang, di waktu akhir pertemuan yang lalu). Setelah itu dilanjutkan dengan penjelasan guru untuk mengembangkan bahasan tersebut.













BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Dari hasil obervasi yang dilakukan serta merujuk pada rumusan masalah dan tujuan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
Dalam proses pembelajaran aqidah akhlak tersirat satu kegiatan yang utuh terpadu dan tidak terpisahkan antara guru dan siswa, serta faktor-faktor yang mendukung proses pembelajaran aqidah akhlak yang disebut dengan sistem pembelajaran mata pelajaran aqidah akhlak. Faktor pendukung itu antara lain pendidik (guru), peserta didik (siswa), tujuan pengajaran materi, metode mengajar dan evaluasi termasuk sarana dan prasarana.
Dalam pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak di MA Persis 19 Bentar muncul beberapa problematika. Pertama, problematika yang berhubungan dengan guru aqidah akhlak meliputi: metode pengajaran yang digunakan kurang variatif, kurangnya penguasaan dan pengembangan materi oleh guru, keteladanan dari para guru, dan adanya kecenderungan orang tua siswa menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak-anaknya kepada madrasah (guru). Serta kurang adanya kekompakan diantara para guru dalam memantau perkembangan perilaku siswa. Kedua, problematika yang berhubungan dengan siswa meliput: kurangnya sopan santun pada diri siswa baik dalam perbuatan maupun perkataan, masih adanya siswa yang kurang disiplin atau kurang mematuhi peraturan madrasah baik di dalam kelas maupun di luar kelas, dan rentannya siswa terhadap pengaruh teman yang kurang baik akhlaknya. Ketiga, problem yang berhubungan dengan sarana-prasarana yakni: Masih terbatasnya sarana-prasarana madrasah.

Dalam menghadapi problematika yang berhubungan dengan guru, MA Persis 19 Bentar melakukan langkah-langkah sebagai berikut: Pertama, menggunakan dan memodifikasi metode mengajar yang tepat dan disesuaikan dengan gaya belajar (learning style) masing-masing siswa, cara lain dilakukan dengan cara membentuk kelompok dalam belajar, bisa kelompok belajar dan kelompok diskusi, mencari bahan bandingan sebagai sumber pembelajaran dan mengembangkan materi. Berusaha semaksimal mungkin memperbaiki proses pembelajaran dengan memberikan pengertian terhadap siswa baik dari sisi materi pendidikan maupun sisi keteladanan, melakukan koordinasi dan menyamakan visi dalam pendidikan akhlak antara madrasah, keluarga, dan masyarakat sekitar. Sedangkan langkah-langkah yang berhubungan dengan problem dari siswa: MA Persis 19 Bentar memberikan sangsi bagi siswa yang melanggarnya, mensosialisasikan arti disiplin dan pentingnya mematuhi peraturan madrasah baik di dalam kelas maupun di luar, serta mengarahkan untuk menghindari lingkungan pergaulan yang kurang baik dan berusaha memilih teman yang baik, serta berusaha melengkapi sarana dan prasarana madrasah.
B.     Saran
Kegiatan observasi di kelas merupakan suatu kegiatan yang sangat bermanfaat, untuk itu di sarankan pada calon guru seperti kita dapat mengetahui bagaimana seorang guru mengajar suatu pembelajaran. Kemudian kita sebagai seorang calon guru tentunya dapat memilih mana yang baik dan tidak baik untuk diajarkan kepada murid kita ketika sudah mengajar kelak.



DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid, 2006, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, Bandung: Remaja Rosda Karya
Ahmad Tafsir, 2004, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Armai Arief, 2002 Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press
Depag, 2005, Syamil Al-Qur’an, Jakarta: PT. Syaamil Cipta media
Catatan Observasi dan wawancara kepada Guru Akidah Akhlak di MA Persis 19 Bentar



LAMPIRAN-LAMPIRAN
KEGIATAN OBSERVASI DAN WAWANCARA
 

No comments:

Post a Comment

LOGO SMP-IT ALKHOIRIYYAH GARUT