LAPORAN HASIL OBSERVASI
IMPLEMENTASI
PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK
DI MA PERSIS 19 BENTAR GARUT
“Ditujukan
untuk memenuhi salah satu persyaratan mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS) mata
kuliah Pembelajaran Akidah Akhlak”
Dosen : Husnan Sulaiman, M.Pd
Disusun Oleh :
ABDUL
MU’MIN
NPM
: 14210004
FAKULTAS TARBIYAH PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM
AL-MUSADDADIYAH
GARUT
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Inayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan Laporan observasi ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga Laporan observasi ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan saya semoga Laporan observasi ini membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki
bentuk maupun isi Laporan observasi ini sehingga kedepanya bisa lebih baik.
Laporan observasi ini saya akui masih banyak kekurangan yang saya
miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangununtuk kesempurnaan Laporan
observasi ini.
Hormat Saya,
Abdul Mu’min
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………...i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………1
C. Tujuan Observasi......................................................................................... 2
D. Waktu Kegiatan Observasi ......................................................................... 2
E. Narasumber……………………………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran Akidah Akhlak...................................................... 4
B. Sistem Pembelajaran Akidah Akhlak............................................................ 4
C. Hasil Penelitian............................................................................................ 7
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 11
B. Saran ....................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PERNYATAAN KEASLIAN
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Laporan Obsevasi di MA
Persis 19 Bentar Garu yang berjudul “IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK
DI MA PERSIS 19 BENTAR” ini, beserta seluruh isinya adalah benar-benar
karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan
cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan . atas pernyataan ini , saya siap menanggung resiko/sanksi yang
dijatuhkankepada saya berupa tidak memperoleh nilai ujian akhir semester
ganjil, apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika
keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian
karya saya ini.
Garut, Januari 2017
Dosen Pengampu Penyusun
Husnan
Sulaiman, M.Pd Abdul Mu’min
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Madrasah Aliyah merupakan jenjang pendidikan atau tahapan
pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik,
tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan, di dalamnya terdapat
kurikulum agama Islam lebih banyak daripada SMA/SMK. Aqidah akhlak merupakan
satu dari komponen Pendidikan Agama Islam yang mempunyai arahan dalam
mendorong, membimbing, mengembangkan kompetensi peserta didik untuk berperilaku
yang baik dan jujur.
Menurut Zuhairini, Akhlak merupakan bentuk proyeksi daripada amalan
ihsan, yaitu sebagai puncak kesempurnaan dari keimanan dan ke-Islaman
seseorang. Dengan kata lain, taqwa dan akhlak sangat erat kaitannya, karena
hakekat kemanusiaan yang tinggi dihadapan Allah SWT adalah karena taqwanya,
sedangkan dihadapan semua manusia adalah karena akhlaknya. Sedangkan tujuan
dari pembelajaran aqidah akhlak di Madrasah Aliyah yaitu untuk membentuk
pribadi muslim yang seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang
berbentuk jasmani maupun rohani.
Pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah adalah bagian integral dari
pendidikan agama. Walaupun bukan satu-satunya faktor yang menentukan dalam
pembentukan watak dan kepribadian peserta didik tetapi secara subtansial, mata
pelajaran akidah akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada
peserta didik untuk mengamalkan nilai-nilai keyakinan (tauhid) dan akhlakul
karimah dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan aqidah akhlak berperan penting
untuk menopang para peserta didik supaya menjadi insan yang berbudi,
berakhlakul karimah. Itu semua tidak luput dari menejemen pembelajaran yang
dikelola dengan baik dan sistematis. Banyak lembaga pendidikan yang kurang
memperhatikan proses pembelajaran yang terjadi di kelas, masih minimnya media
pembelajaran hususnya dari bidang teknologi, sehingga menjadikan peserta didik
kurang berminat dan kegairahan atau mengalami kejenuhan dalam belajar,
khususnya pembelajaran mata pelajaran akidah akhlak.
Pemberian pendidikan, khususnya pembelajaran akhlak sangat penting
bagi pembentukan sikap dan tingkah laku anak, agar menjadi anak yang baik dan
bermoral karena pembentukan moral yang tinggi adalah tujuan utama dari
pendidikan Islam. Kendati demikian penting materi akhlak bagi pengembangan
kepribadian suatu bangsa, namun dalam realitanya sering kurang disadari,
sehingga mata pelajaran akidah akhlak kurang diminati. Mata pelajaran akidah
akhlak justru dipandang sebagai mata pelajaran pelengkap. Terbukti dengan jam
pelajaran untuk akidah akhlak di MA Persis 19 Bentar hanya terhitung kurang
dari 1 jam pelajaran seminggu, padahal materi akidah akhlak cukup banyak. Dalam
kaitannya dengan persoalan pemberian pendidikan akhlak kepada anak di sekolah,
orang tua tidak boleh lepas tangan begitu saja sebab masalah yang dihadapi
tidaklah mudah disebabkan keterbatasan waktu yang tersedia. Oleh sebab itu
diperlukan kerjasama antara guru dan orang tua disamping diperlukan adanya guru
yang profesional yang dapat memberikan pengetahuan dan pendidikan akhlak yang
baik.
Dalam hal ini yang paling berperan adalah guru dibidang studi
aqidah akhlak, sehingga dengan profesionalismenya dapat memecahkan dan
mengatasi problematika pendidikan akhlak pada anak. Dalam proses pembelajaran
akidah akhlak di MA Persis 19 Bentar, masih ditemukan problem-problem, ini
tidak hanya bersumber pada guru saja akan tetapi beberapa faktor lain ikut
mempengaruhinya, misalnya faktor lingkungan, peserta didik, orang tua, teman
sepermainan, media elektronik dan sebagainya.
B.
Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1.
Implementasi
pembelajaran mata pelajaran Aqidah Akhlak di MA Persis 19 Bentar?
2.
Bagaimana
usaha MA Persis 19 Bentar dalam rangka mengefektifkan proses pembelajaran
Aqidah Akhlak ?
C.
Tujuan Observasi
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai
adalah:
1.
Untuk
mengetahui Implementasi pembelajaran mata pelajaran Aqidah Akhlak di MA Persis
19 Bentar.
2.
Untuk
mengetahui tindakan dan solusi yang dilakukan oleh MA Persis 19 Bentar dalam
rangka mengefektifkan proses pembelajaran.
D.
Waktu Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan pada hari Senin, 16 Januari 2017
yang bertempat di MA Persis 19 Bentar Kabupaten Garut.
E.
Narasumber
Bapak Mulyana, BA (Kepala Madrasah) dan Guru Mata pelajaran Akidah
Akhlak (Bapak Yadi Mulyadi / 085793341427).
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pembelajaran Akidah Akhlak
Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang komplek, yang
tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan
sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman
hidup. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha
sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi
siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan.
Dari makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan
interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya
terjadi komunikasi (Transfer) yang intern dan terarah menuju pada suatu target
yang telah ditetapkan sebelumnya. Senada dengan pendapat Dr. Mukhtar, M.Pd,
dalam bukunya Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, dijelaskan
pembelajaran adalah seperangkat kejadian yang mempengaruhi siswa dalam situasi
belajar. Sedangkan Aqidah Ahklak atau budi pekerti merupakan tingkah laku
manusia yang disadari oleh kesadaran berbuat baik yang didorong keinginan hati
yang selaras dengan perkembangan akal. Dan usaha yang dilakukan secara sadar
untuk dapat menyiapkan peserta didik agar beriman terhadap ke-Esa-an Allah SWT.
Serta sebagai pokok-pokok atau dasar-dasar keyakinan hidup yang intinya
keyakinan kepada Allah SWT yang menciptakan dan mengatur kehidupan ini.
B.
Sistem Pembelajaran Akidah Akhlak
Pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub-sub sistem
yang saling terkait, yang bertujuan untuk menghasilkan out put yang
berkualitas. Sub sistem pembelajaran adalah sebagai berikut :
1.
Kurikulum
Istilah kurikulum sebenarnya sudah
dikenal sejak tahun 1820. Kata “kurikulum” berasal dari bahasa latin currere
yang berarti to ru (menyelenggarakan) atau to run the course (menyelenggarakan
suatu pengajaran). Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenahi isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Kurikulum mempunyai peranan sentral
karena menjadi arah atau titik pusat dari proses pendidikan. Kurikulum dalam
pendidikan Islam dikenal dengan kata “Manhaj” yang berarti jalan yang terang
yang dilalui oleh pendidik bersama anak didiknya untuk mengembangkan
pengetahuan, ketrampilan dan sikap mereka. Selain itu kurikulum juga dipandang
sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan pendidikan.
2.
Guru
(peranan pendidik)
Guru adalah seseorang yang mendidik,
membimbing, mengajarkan dan mentransferkan ilmunya kepada perserta didik.
Menurut Keputusan Menpan No. 26/MENPAN/1989, tanggal 2 Mei 1989 dikemukakan.
Guru terlibat langsung dalam proses pendidikan, oleh karena itu guru memegang
peranan yang sangat menentukan bagi tujuan pendidikan. Dan guru harus selalu
meningkatkan kemampuan profesinya agar dapat melaksanakan tugas dengan baik.
Di samping itu, guru harus bisa
menempatkan diri sebagai contoh yang baik bagi peserta didik. Lebih jauh lagi
terlepas dari itu, harus adanya keselarasan dari seorang pendidik antara apa
yang diucapkan dan dilakukan. Dengan demikian guru tidak hanya pandai
berkata-kata akan tetapi guru juga melaksanakan ucapanya tersebut. Hal ini
sesuai dengan firman Allah SWT surat Ash-Shaaf, ayat 3 yang artinya : Amat
besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa apa yang tidak kamu
kerjakan.(Q.S. Ash-Shaaf)
3.
Siswa
Kedudukan siswa dalam kurikulum
merupakan “produsen” artinya siswa sendiri yang mencari tahu pengetahuan yang
dipelajarinya. Siswa dalam suatu kelas biasanya memiliki kemampuan yang
beragam: pandai, sedang dan kurang. Karenanya guru perlu mengatur kapan siswa
bekerja perorangan, berpasangan dan kelompok. Menurut teori Piaget, Siswa pada
kelompok usia SLTP berada dalam tahap operasi formal atau mereka telah mampu
untuk berfikir abstrak. Jadi pada tahap ini siswa sudah mampu menyelesaikan
masalah dengan cara yang lebih baik.
4.
Materi
Materi merupakan informasi, alat dan
teks yang diperlukan guru/ istruktur untuk perencanaan dan penelaahan
implementasi pembelajaran. Materi yang dimaksud bisa berupa Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar.
5.
Evaluasi
Secara etimologi “evaluasi” berasal
dari kata “to evaluate” yang berarti “menilai”. Dengan begitu evaluasi hasil
belajar akan menetapkan baikburuknya hasil dari kegiatan pembelajaran,
sementara evaluasi pembelajaran menetapkan baik-buruknya proses dari kegiatan
pembelajaran. Rangkaian akhir dari sistem pembelajaran adalah evaluasi. Lewat
evaluasi akan bisa diketahui berhasil atau tidaknya dalam melaksanakan
pembelajaran.
6.
Penilaian
dan Tujuan.
Penilaian awal siswa dilakukan
dengan cara memberikan tes, yang berupa pretest. Tes ini dilakukan untuk
penjajakan atau pengukuran tentang penguasaan siswa terhadap tujuan yang harus
dicapai
7.
Motode
dan Orientasitasi pembelajaran
Menurut Isma’il SM dalam bukunya
Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis Paikem, dijelaskan bahwa metode
adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh yang sesuai dan serasi untuk
menyajikan suatu hal sehingga akan tercapai suatu tujuan pembelajaran yang
efektif dan efisien sesuai yang diharapkan. Pengetian lain adalah teknik
pengajaran yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran
kepada siswa didalam kelas, baik secara individual maupun kelompok agar
pelajaran itu dapat diserap dan difahami oleh siswa dengan baik.
Metode sebagai salah satu faktor
untuk menentukan tujuan pendidikan, tanpa metode pendidikan segenap
pengetahuan, pengalaman sikap dan ketrampilan akan sulit untuk
ditransformasikan kepada peserta didik, sehingga pemilihan dan penggunaan
metode pembelajaran harus sesuai dengan materi pelajaran. Penggunaan metode
yang tepat akan turut menentukan efektifitas dan efisiensi pembelajaran dan
penggunaan metode yang berfariasi akan sangat membantu peserta didik dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
8.
Proses
Pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran,
diharapakan adanya feedback antara pendidik dan peserta didik. Akivitas
pengajaran berlangsung secara aktif, kondusif, menyenangkan tidak hanya
menekankan pada sisi pendidik saja dalam memberikan pengajaran aqidah akhlak,
tetapi menekankan juga pada siswa dan pendidik itu sendiri, sehingga proses
pengajaran secara interaktif dan dialogis.
C.
Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Tentang Objek Penelitian
Nama Sekolah : MA Persis 19
Bentar
Alamat : Jl. Guntur
No. 33, Kp. Bentar Garut
Kepala Madrasah : Mulyana,
BA
Guru Akidah Akhlaq : Yadi
Mulyadi
2.
Pelaksanaan
Pembelajaran Mata Pelajaran Akidah Akhlak
Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti diketahui, dalam
pembelajaran aqidah akhlak di MA Persis 19 Bentar, berlangsung sebagai berikut:
ü Pembukaan
Sebagaimana lazimnya setiap proses pembelajaran, diawali dengan
salam dan apersepsi oleh guru. Kemudian dilanjutkan dengan
pertanyaan-pertanyaan singkat kepada siswa dan motivasi. Upaya ini dilakukan
agar siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran serius dan kondusif.
ü Kurikulum
Kurikulum yang
digunakan di MA Persis 19 Bentar adalah perpaduan antara Kurikulum pemerintah
dengan Kurikulum dari PP Persis sehingga memudahkan pendidik dan peserta didik
dalam memahami semua pelajaran hususnya pelajaran Akidah akhlak.
ü Metode
Metode yang digunakan dalam pembelajaran akidah akhlak di MA Persis
19 Bentar, yakni dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Metode
ceramah digunakan guru untuk menjelaskan seluruh materi yang ada dalam mata
pelajaran akidah akhlak. Sedangkan metode tanya jawab digunakan guru untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, dan
siswa diberikan kesempatan untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat jika belum
jelas. Metode ini menjadi metode utama dalam setiap pembelajaran materi akidah
akhlak, hal ini karena materi-materi akidah akhlak selalu berkaitan dengan
pemahaman dan aplikasi.
ü Media dan sumber belajar
Dalam
rangka membantu guru untuk mempermudah pemahaman siswa akan materi yang
diajarkan, maka media yang dipakai adalah papan tulis whiteboard , cemi dan Infocus.
Sedangkan sumber belajarnya adalah guru dan buku paket/ pedoman akidah lainnya
sebagai pendukung seperti LKS (lembar kerja siswa).
ü Evaluasi
Sebelum pertemuan diakhiri, guru akidah akhlak melakukan kegiatan
menyimpulkan pelajaran yaitu berupa tanya jawab. Hal ini sebagai upaya untuk
mengetahui keberhasilannya dalam mengajar, tentang pemahaman siswa terhadap
materi dan tercapainya tujuan pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan penulis, bahwa upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi
problematika dalam pembelajaran aqidah akhlak di kelas yaitu upaya pemecahan
terhadap problematika yang berhubungan dengan penguasaan dan pengembangan
materi, yaitu guru lebih aktif lagi mencari pemecahannya. Adapun yang dilakukan
oleh guru yaitu mencari bahan bandingan sebagai sumber pendukung sumber
pembelajaran, misalnya guru harus memiliki lebih dari dua buku pegangan aqidah
akhlak serta buku dari penerbit yang berbeda. Selain itu akan dilakukan sharing
sesama guru Aqidah akhlak. Dari kegiatan tersebut, dengan harapan dapat
diperoleh masukan baik materi pembelajaran maupun strategi pembelajaran. Dalam
kegiatan itu juga berpeluang mengembangkan diri, sebab secara bergilir setiap
guru diwajibkan tampil dengan strategi dari metode pengembangan pengajaran
sesuai dengan tingkat kebutuhan siswa dan masalah yang sedang berkembang.
Untuk metode, guru mengadakan kombinasi metode misalnya metode caramah, tanya jawab, diskusi, disamping itu pengajaran dengan tutor sebaya/ belajar melalui tukar delegasi antar kelompok (Jigsaw learning) dilaksanakan. Maksudnya untuk setiap jam pertemuan guru meminta seorang siswa untuk mengantarkan pokok bahasan dan menjelaskan sesuai dengan kemampuan mereka (yang sebelumnya sudah diberi tahu materi yang akan dipelajari sekarang, di waktu akhir pertemuan yang lalu). Setelah itu dilanjutkan dengan penjelasan guru untuk mengembangkan bahasan tersebut.
Untuk metode, guru mengadakan kombinasi metode misalnya metode caramah, tanya jawab, diskusi, disamping itu pengajaran dengan tutor sebaya/ belajar melalui tukar delegasi antar kelompok (Jigsaw learning) dilaksanakan. Maksudnya untuk setiap jam pertemuan guru meminta seorang siswa untuk mengantarkan pokok bahasan dan menjelaskan sesuai dengan kemampuan mereka (yang sebelumnya sudah diberi tahu materi yang akan dipelajari sekarang, di waktu akhir pertemuan yang lalu). Setelah itu dilanjutkan dengan penjelasan guru untuk mengembangkan bahasan tersebut.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari hasil obervasi yang dilakukan serta merujuk pada rumusan
masalah dan tujuan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
Dalam proses pembelajaran aqidah akhlak tersirat satu kegiatan yang
utuh terpadu dan tidak terpisahkan antara guru dan siswa, serta faktor-faktor
yang mendukung proses pembelajaran aqidah akhlak yang disebut dengan sistem
pembelajaran mata pelajaran aqidah akhlak. Faktor pendukung itu antara lain
pendidik (guru), peserta didik (siswa), tujuan pengajaran materi, metode mengajar
dan evaluasi termasuk sarana dan prasarana.
Dalam pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak di MA Persis 19 Bentar
muncul beberapa problematika. Pertama, problematika yang berhubungan dengan
guru aqidah akhlak meliputi: metode pengajaran yang digunakan kurang variatif,
kurangnya penguasaan dan pengembangan materi oleh guru, keteladanan dari para
guru, dan adanya kecenderungan orang tua siswa menyerahkan sepenuhnya
pendidikan anak-anaknya kepada madrasah (guru). Serta kurang adanya kekompakan
diantara para guru dalam memantau perkembangan perilaku siswa. Kedua,
problematika yang berhubungan dengan siswa meliput: kurangnya sopan santun pada
diri siswa baik dalam perbuatan maupun perkataan, masih adanya siswa yang
kurang disiplin atau kurang mematuhi peraturan madrasah baik di dalam kelas
maupun di luar kelas, dan rentannya siswa terhadap pengaruh teman yang kurang
baik akhlaknya. Ketiga, problem yang berhubungan dengan sarana-prasarana yakni:
Masih terbatasnya sarana-prasarana madrasah.
Dalam menghadapi problematika yang berhubungan dengan guru, MA
Persis 19 Bentar melakukan langkah-langkah sebagai berikut: Pertama,
menggunakan dan memodifikasi metode mengajar yang tepat dan disesuaikan dengan
gaya belajar (learning style) masing-masing siswa, cara lain dilakukan dengan
cara membentuk kelompok dalam belajar, bisa kelompok belajar dan kelompok
diskusi, mencari bahan bandingan sebagai sumber pembelajaran dan mengembangkan
materi. Berusaha semaksimal mungkin memperbaiki proses pembelajaran dengan
memberikan pengertian terhadap siswa baik dari sisi materi pendidikan maupun
sisi keteladanan, melakukan koordinasi dan menyamakan visi dalam pendidikan
akhlak antara madrasah, keluarga, dan masyarakat sekitar. Sedangkan
langkah-langkah yang berhubungan dengan problem dari siswa: MA Persis 19 Bentar
memberikan sangsi bagi siswa yang melanggarnya, mensosialisasikan arti disiplin
dan pentingnya mematuhi peraturan madrasah baik di dalam kelas maupun di luar,
serta mengarahkan untuk menghindari lingkungan pergaulan yang kurang baik dan
berusaha memilih teman yang baik, serta berusaha melengkapi sarana dan
prasarana madrasah.
B.
Saran
Kegiatan observasi di kelas merupakan suatu kegiatan yang sangat
bermanfaat, untuk itu di sarankan pada calon guru seperti kita dapat mengetahui
bagaimana seorang guru mengajar suatu pembelajaran. Kemudian kita sebagai
seorang calon guru tentunya dapat memilih mana yang baik dan tidak baik untuk
diajarkan kepada murid kita ketika sudah mengajar kelak.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid, 2006, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru, Bandung: Remaja Rosda Karya
Ahmad Tafsir, 2004, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung
: PT. Remaja Rosdakarya
Armai Arief, 2002 Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam,
Jakarta: Ciputat Press
Depag, 2005, Syamil Al-Qur’an, Jakarta: PT. Syaamil Cipta media
Catatan Observasi dan wawancara kepada Guru Akidah Akhlak di MA
Persis 19 Bentar
LAMPIRAN-LAMPIRAN
KEGIATAN OBSERVASI DAN WAWANCARA
|
No comments:
Post a Comment