STRATEGI PENGEMBANGAN KURIKULUM
MAKALAH
“Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur mata kuliah Pengembangan
dan Inovasi Kurikulum PAI “
Dosen : Dr. Ahsan Hasbulah, M.Pd
Disusun Oleh : Kelompok 3 (Tiga)
Abdul Mu’min
|
(14210004)
|
Ismi Suciya Syarah
|
(14210046)
|
Nuri Sri Handayani
|
(14210062)
|
Puri Anisa Bella
|
(14210064)
|
Yusup Supriatna
|
(14210090)
|
FAKULTAS TARBIYAH PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM
AL-MUSADDADIYAH
GARUT
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan ke hadirat Alloh SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, solawat
serta salam semoga dilimpah curahkan kepada Nabi Muhamad SAW, Rasululloh
terakhir yang diutus dengan membawa syari’ah yang mudah, penuh rahmat dan
membawa keselamatan dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Berkat karunia serta
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi salah satu
tugas terstruktur pada mata kuliah Pengembangan
dan Inovasi Kurikulum PAI jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) semester
6. Kami berusaha semaksimal mungkin berkarya dengan harapan makalah ini dapat
membantu pencapaian kompetensi mahasiswa dalam rangka mengingkatkam kualitas
bangsa Indonesia.
Makalah
ini disajikan dengan bahasa yang mudah dipahami serta memuat aspek mengenai Strategi Pengembangan Kurikulum.
Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pendidikan di Indonesia. Kami mengharapkan saran dan kritik
yang membangun untuk memperbaiki makalah ini yang jauh dari kesempurnaan.
Garut,
Februari 2017
Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
DAFTAR ISI
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
belakang . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
B. Rumusan
masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . 1
C. Tujuan…………..
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum ………………………………..…………………..……….
2
B. Tujuan Kurikulum……………………………..…………………..………………..2
C. Strategi Pengembangan Kurikulum …………………………..……………………5
D. Langkah-Langkah dalam Pengembangan Kurikulum Sekolah ……………………7
E. Landasan Pengembangan Kurikulum ………………………………………………8
F. Model –model Pengembangan Kurikulum ………………………………………...8
G. Peranan guru dalam pengembangan kurikulum ……………………………………9
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . 10
B.
Saran. . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . 10
DAFTAR PUSTAKA.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . …. . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . …… 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengembangan
kurikulum merupakan suatu kegiatan yang memberikan jawaban atas sejumlah
tuntutan kebutuhan yang berkembang pada pendidikan. Pengembangan kurikulum
dilakukan atas sejumlah komponen pada pendidikan, di antaranya pada
pembelajaran yang merupakan implementasi dari kurikulum. Hasil dari proses ini
adalah adanya perubahan pada guru dan siswa, serta komponen lainnya. Pandangan
tentang kurikulum dikenal dalam dimensi kurikulum yang membedakan peran dan
fungsinya. Oleh karena itu perlu dipahami mengenai seluk beluk kurikulum.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian kurikulum?
2. Bagaimana Strategi Pengembangan Kurikulum?
3. Bagaimana Model-model pengembangan kurikulum?
4. Bagaimana Peranan guru dalam pengembangan kurikulum?
C. Tujuan
1.
Menjelaskan
tentang Pengertian kurikulum;
2.
Menjelaskan Strategi
Pengembangan Kurikulum;
3.
Menjelaskan Model-model
pengembangan kurikulum;
4.
Menjelaskan Peranan guru dalam pengembangan kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
Kurikulum
adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh
suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang
akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan.
Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan
kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut
serta kebutuhan lapangan kerja.
B. Tujuan Kurikulum
Komponen ini
merupakan komponen yang memiliki peran yang sangat penting, sebab berhubungan
dengan implementasi kurikulum. Bagaimanapun idealnya tujuan tidak akan berhasil
tanpa strategi. Strategi meliputi rencana metode dan perangkat kegiatan yang
direncanakan untuk mecapai tujuan tertentu.
Menurut T.
Rakjoni strategi pembelajaran merupakan pola dan urutan umum perbuatan
guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan.
Dari
pengertian diatas ada dua hal yang pelu diamati, yaitu:
1.
Strategi pembelajaran
merupakan rencana tindakan (rangkaian tindakan) termasuk penggunaan metode dan
pemanfaatan sebagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran.
Alasan-alasan
perlunya perencanaan strategi mengajar:
a. Agar kurikulum yang direncanakan dapat mencapai tujuan
b. Agar pelajaran yang sama yang diberikan oleh pendidik
dilakukan secara konsisten sehingga tidak merugikan kelas tertentu.
c. Membantu guru memberi pelajaran yang efektif serta
menarik dengan menyediakan sumber belajar yang memadahi.
2.
Strategi disusun
untuk mencapai tujuan tertentu. Metode adalah upaya untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun
tercapai secara optimal.
Metode juga
digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dalam satu
strategi pembelajaran digunakan beberapa metode. Strategi berbeda dengan
metode. Strategi menunjuk pada a plan of operation achieving something,
sedangkan metode adalah a way in achieving something. Istilah lain yang juga
memiliki kemiripan dengan strategi adalah pendekatan ( approach ). Sebenarnya
pendekatan berbeda dengan strategi maupun metode. Pendekatan dapat diartikan
sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran. Roy Killer
(1998), ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu:
·
Pendekatan
yang berpusat pada guru ( teacher centered approaches )
·
Pendekatan
yang berpusat pada siswa ( student centered approach )
Menurut Rowntree (1974), strategi pembelajaran dibagi
atas dua bagian:
·
Strategi
Exposition dan Strategi Discovery Learning
·
Strategi
Groups dan Individual Learning
Terdapat
perbedaan dalam menentukan tujuan dan materi pembelajaran, hal ini tentunya
memiliki konsekuensi pula terhadap penentuan strategi pembelajaran yang hendak
dikembangkan. Apabila yang menjadi tujuan dalam pembelajaran adalah penguasaan informasi-intelektual,–sebagaimana
yang banyak dikembangkan oleh kalangan pendukung filsafat klasik dalam rangka
pewarisan budaya ataupun keabadian, maka strategi pembelajaran yang
dikembangkan akan lebih berpusat kepada guru. Guru merupakan tokoh sentral di
dalam proses pembelajaran dan dipandang sebagai pusat informasi dan
pengetahuan. Sedangkan peserta didik hanya dianggap sebagai obyek yang secara
pasif menerima sejumlah informasi dari guru.Metode dan teknik pembelajaran yang
digunakan pada umumnya bersifat penyajian (ekspositorik) secara massal, seperti
ceramah atau seminar.Selain itu, pembelajaran cenderung lebih bersifattekstual.
Strategi
pembelajaran yang berorientasi pada guru tersebut mendapat reaksi dari kalangan
progresivisme. Menurut kalangan progresivisme, yang seharusnya aktif dalam
suatu proses pembelajaran adalah peserta didik itu sendiri. Peserta didik
secara aktif menentukan materi dan tujuan belajarnya sesuai dengan minat dan
kebutuhannya, sekaligus menentukan bagaimana cara-cara yang paling sesuai untuk
memperoleh materi dan mencapai tujuan belajarnya. Pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik mendapat dukungan dari kalangan rekonstruktivisme yang
menekankan pentingnya proses pembelajaran melalui dinamika kelompok.
Pembelajaran
cenderung bersifat kontekstual, metode dan teknik pembelajaran yang digunakan
tidak lagi dalam bentuk penyajian dari guru tetapi lebih bersifat individual,
langsung, dan memanfaatkan proses dinamika kelompok (kooperatif), seperti :
pembelajaran moduler, obeservasi, simulasi atau role playing, diskusi, dan
sejenisnya.
Dalam hal ini,
guru tidak banyak melakukan intervensi.Peran guru hanya sebagai fasilitator,
motivator dan guider.Sebagai fasilitator, guru berusaha menciptakan dan
menyediakan lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya. Sebagai
motivator, guru berupaya untuk mendorong dan menstimulasi peserta didiknya agar
dapat melakukan perbuatan belajar.Sedangkan sebagai guider, guru melakukan
pembimbingan dengan berusaha mengenal para peserta didiknya secara personal.
Selanjutnya,
dengan munculnya pembelajaran berbasis teknologi yang menekankan pentingnya
penguasaan kompetensi membawa implikasi tersendiri dalam penentuan strategi
pembelajaran. Meski masih bersifat penguasaan materi atau kompetensi seperti
dalam pendekatan klasik, tetapi dalam pembelajaran teknologis masih
dimungkinkan bagi peserta didik untuk belajar secara individual. Dalam
pembelajaran teknologis dimungkinkan peserta didik untuk belajar tanpa tatap
muka langsung dengan guru, seperti melalui internet atau media elektronik
lainnya. Peran guru dalam pembelajaran teknologis lebih cenderung sebagai
director of learning, yang berupaya mengarahkan dan mengatur peserta didik
untuk melakukan perbuatan-perbuatan belajar sesuai dengan apa yang telah
didesain sebelumnya.
Berdasarkan
uraian di atas, ternyata banyak kemungkinan untuk menentukan strategi
pembelajaran dan setiap strategi pembelajaran memiliki kelemahan dan
keunggulannya tersendiri.
Pertimbangan
pemilihan strategi pembelajaran. Pembelajaran pada dasarnya proses penambahan
informasi dan kemampuan baru. Ini sangat penting dipahami sebab apa yang harus
dicapai akan menentukan bagaimana cara mencapainya. Komponen strategi
pembelajarn yang berbeda memiliki pengaruh yang berbeda dan konsisten pada
hasil pembelajarannya. Kondisi pembelajaran yang berbeda umpamanya,
karakteristik isi bidang studi dengan karakteristik siswa bis memiliki pengaruh
yang konsisten pada hasil pelajaran.
Berikut ini
bebrapa pertimbangan yang digunakan sebagai pegangan untuk memilih strategi
pembelajaran dalam pengembangan kurikulum:
a. Apakah tujuan itu bersifat kognitif, afektif atau
psikomotor?
b. Apakah tujuan banyak memrlukan reinforcement atau
ulangan?
c. Apakah diperlukan partisipasi aktif dari siswa, secara
individual, kelompok kecil, atau kelompok besar?
d. Apakah diperlukan ketrampilan mengenai proses penelitian
ilmiah?
e. Apakah tersedia atau harus disediakan sumber-sumber
pembelajaran?
f. Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan asas
kurikulum dan misi lembaga tersebut?
g. Apakah strategi pembelajaran itu cukup menguntungkan dari
segi waktu, biaya, dan usaha yang diperlukan?
h. Apakah diperlukan lebih dari satu strategi untuk mencapai
tujuan itu?
i.
Apakah
strategi sudah sesuai dengan gaya belajar siswa?
3.
Adanya sumber
mengajar, harus diusahakan pada tingkat pedoman kurikulum. Pada tahap ini semua
pendidik bersama-sama menyiapkan segala sumber pembelajaran yang diperlukan.
C. Strategi Pengembangan Kurikulum
Menurut T.
Rakjoni strategi pembelajaran merupakan pola dan urutan umum perbuatan
guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan.
Pegembangan
kurikulum meliputi empat langkah, yaitu merumuskan tujuan pembelajaran
(instructional objective), menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar ( selection
of learning experiences), mengorganisasi pengalaman-pegalaman belajar
(organization of learning experiences), dan mengevaluasi (evaluating).
1.
Merumuskan
Tujuan Pembelajaran (instructional objective) Terdapat tiga tahap dalam
merumuskan tujuan pembelajaran. Tahap yang pertama yang harus diperhatikan
dalam merumuskan tujuan adalah memahami tiga sumber, yaitu siswa (source of
student), masyarakat (source of society), dan konten (source of content). Tahap
kedua adalah merumuskan tentative general objective atau standar kompetensi
(SK) dengan memperhatikan landasan sosiologi (sociology), kemudian di-screen
melalui dua landasan lain dalam pengembangan kurikulum yaitu landasan filsofi
pendidikan (philosophy of learning) dan psikologi belajar (psychology of
learning), dan tahap terakhir adalah merumuskan precise education atau
kompetensi dasar (KD)
2.
Merumuskan dan
Menyeleksi Pengalaman-Pengalaman Belajar ( selection of learning experiences)
Dalam merumuskan dan menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar dalam
pengembangan kurikulum harus memahami definisi pengalaman belajar dan landasan
psikologi belajar (psychology of learning). Pengalaman belajar merupakan bentuk
interaksi yang dialami atau dilakukan oleh siswa yang dirancang oleh guru untuk
memperoleh pengetahuan dan ketrampilan. Pengalaman belajar yang harus dialami
siswa sebagai learning activity menggambarkan interaksi siswa dengan objek
belajar.
3.
Mengorganisasi
Pengalaman Pengalaman Belajar (organization of learning experiences)
Pengorganisasi atau disain kurikulum diperlukan untuk memudahkan anak didik
untuk belajar. Dalam pengorganisasian kurikulum tidak lepas dari beberapa hal
penting yang mendukung, yakni: tentang teori, konsep, pandangan tentang
pendidikan, perkembangan anak didik, dan kebutuhan masyarakat.
4.
Mengevaluasi
(evaluating) Kurikulum Langkah terakhir dalam pengembangan kurikulum adalah
evaluasi. Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan di mana data yang terkumpul
dan dibuat pertimbangan untuk tujuan memperbaiki sistem. Evaluasi yang seksama
adalah sangat esensial dalam pengembangan kurikulum. Evaluasi dirasa sebagai
suatu proses membuat keputusan , sedangkan riset sebagai proses pengumpulan
data sebagai dasar pengambilan keputusan. Perencana kurikulum menggunakan
berbagai tipe evaluasi dan riset. Tipe-tipe evaluasi adalah konteks, input,
proses, dan produk. Sedagkan tipe-tipe riset adalah aksi, deskripsi,
historikal, dan eksperimental. Di sisi lain perencana kurikulum menggunakan
evaluasi formatif (proses atau progres) dan evaluasi sumatif (outcome atau
produk).
D. Langkah-Langkah dalam Pengembangan Kurikulum
Sekolah
Agar usaha
pengembangan kurikulum di sekolah dapat berhasil baik, maka perlu diperhatikan
langkah-langkah pengembangan kurikulum di sekolah. Langkah-langkah itu mencakup
melakukan penilaian umum tentang sekolah, seperti: dalam hal apa sekolah itu
lebih baik atau lebih rendah mutunya daripada sekolah lain; kesenjangan apa
yang terjadi antara kenyataan dengan apa yang diharapkan berbagai pihak; serta
sumber-sumber apa yang tersedia atau tidak tersedia. Kalau kita rinci dapat
kita sajikan sebagai berikut :
1.
Selidiki
berbagai kebutuhan sekolah, antara lain kebutuhan siswa, kebutuhan guru, dan kebutuhan
akan perubahan dan perbaikan.
2.
Mengidentifikasi
masalah serta merumuskannya, yang timbul berdasarkan studi tentang berbagai
kebutuhan yang tersebut di atas, lalu memilih salah satu yang dianggap paling
mendesak diatasi.
3.
Mengajukan
saran perbaikan, yang dapat didiskusikan bersama, apakah sesuai dengan tuntutan
kurikuium yang berlaku, menilai maknanya bagi pengembangan sekolah, dan
menjelaskan makna serta implikasinya.
4.
Menyiapkan
desain perencanaan yang mencakup tujuan, cara mengevaluasi, menentukan bahan
pelajaran, metode penyampaian, percobaan, penilaian, balikan, perbaikan,
pelaksanaan, dan seterusnya.
5.
Memilih
anggota panitia, sedapat mungkin sesuai dengan kompetensi masingmasing.
6.
Mengawasi
pekerjaan panitia, biasanya oleh kepala sekolah. \
7.
Melaksanakan
hasil kerja panitia oleh guru dalam kelas. Karena pekerjaan ini tidak mudah,
kepala sekolah hendaknya senantiasa menunjukkan penghargaannya terhadap
pekerjaan semua pihak yang terlibat dalam usaha pengembangan kurikulum.
8.
Menerapkan
cara-cara evaluasi, apakah yang direncanakan itu dapat direalisasikan, karena
apa yang indah di atas kertas belum tentu dapat diwujudkan.
9.
Memantapkan
perbaikan, bila ternyata usaha itu berhasil baik dan dijadikan pedoman
selanjutnya.
Pada taraf
permulaan hendaknya diambil suatu proyek yang sederhana, yang memungkinkan untuk dapat dilaksanakan dengan baik.
Ketidakberhasilan akan menimbulkan kekecewaan dan keengganan untuk mengadakan
pengembangan di masa mendatang. Jadi, jangan didesak melakukannya dengan
tergesa-gesa. Ada pengembangan kurikulum yang fundamental yang memakan waktu
puluhan tahun. Perubahan kurikulum senantiasa melibatkan perubahan manusia yang
melaksanakannya. Agar kurikulum berubah, maka guru sendiri harus berubah dan
didorong untuk berubah
E. Landasan Pengembangan Kurikulum
Kurikulum
merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh
kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan
kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara
sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang
didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan
kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal
terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat
pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia.
Kurikulum
disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap
perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan
pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta
kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan. (Bab
IX, Ps.37). Pengebangan kurikulum berlandaskan faktor-faktor sebagai berikut:
Tujuan
filsafat dan pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan
tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi landasan dalam merumuskan
tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan.
Sosial budaya
dan agama yang berlaku dalam masyarakat kita.
Perkembangan
peserta didik, yang menunjuk pada karekteristik perkembangan peserta didik.
F. Model –model Pengembangan Kurikulum
Model Pengembangan kurikulum ada dua
( 2 ) model yaitu :
1. Administrative Model
Model ini adalah suatu model dimana
gagasan pengembang kurikulum datang dari para administrator pendidikan dan para
pengguna administrator ( datang dari atas kebawah ) . Model ini membuat para
pelaku kurikulm meras terbatas pada pengembangannya dan sering terjadi
ketidaksesuain dengan kondisi lembaga dan linglkungan sosial dimana lembaga
pendidikan tersebut berada .
2. Grass Root Model
Model ini adalah kebalikan dari
model yang pertama yaitu inisiatif pengembangan kurikulum datangh dari para
pelaku kurikulum ( guru –guru , sekolah , lingkungan , dan stkae holder ) .
Model ini yang sekarang berlaku di Indonesia dengan muali berlakuinya Manajemen
Berbasis Sekolah ( MBS ) dan Kurikulum Tingkat Satiuan Pendidikan ( KTSP
) tiap sekolah wajib membuat kurikulum sendiri yang disesuaikan
dengan kondisi sekolah , Visi sekolah , program strategis
yang akan diprioritaskan oleh sekolah yang diselaraskan dengan kekuatan sekolah
dalam melaksanakan baik dari segi tenaga maupun pembiayaannya . Melalui
Evaluasi Diri Sekolah ( EDS ) sekolah menyusun Rencana
G. Peranan guru dalam pengembangan kurikulum
Guru
adalah pelaku utama kurikulum baik dari proses perencanaan , penerapan , dan
evaluasi kurikulum . Maka keberhasilan pencapaian kurikulum sangat tergantung
dari keprofesionalisme dari guru itu sendiri .Dapat dikatakan bahwa kurikulum
yang sebenarnya adalah guru itu sendiri . Maka pentingnya guru dalam kurikulum
adalah bahwa bila tidak ada guru maka tidak akan ada juga kurikulum .
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Dalam kerangka meningkatkan mutu
pendidikan PAI, maka pengembangan kurikulum PAI perlu dikembalikan kepada landasan filosofisnya dengan mempertimbangkan berbagai faktor penghambat dan penunjang keberhasilannya. Berbagi faktor
yang perlu dipertimbangkan antara lain: isi atau muatan kurikulum, model implementasi
kurikulum, dan evaluasi kurikulum.
Isi atau muatan kurikulum PAI perlu
memuat isu-isu krusial yang berkembang di masyarakat, terkait dengan berbagai
bidang studi, dapat menjawab berbagai persoalan, tantangan, kebutuhan dan tuntutan perkembangan zaman.
Pembelajaran PAI perlu dikembangkan
secara sinergis dengan program dan bidang studi non agama; dapat beradaptasi
dengan perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat, sesuai dengan kebutuhan diri peserta didik, masyarakat dan
dunia kerja; menggunakan prinsip, pendekatan,
strategi, dan media pembelajaran yang lebih variatif
Pengembangan kurikulum adalah sebuah
proses yang merencanakan, menghasilkan suatu alat yang lebih baik dengan
didasarkan pada hasil penilaian terhadap kurikulum yang telah berlaku, sehingga
dapat memberikan kondisi belajar mengajar yang baik.
Model pengembangan kurikulum ada dua
( 2 ) yaitu model Administrative model dan Grass Root model. Peran guru dalam kurikulum , nahwa pada dasarnya kurikulum yang sebenarnya
adalah guru itu sendiri karena guru adalah pelaku utama dari kurikulum .
B. Saran
Dalam hal ini penulis mencoba memberikan saran dari uraian di atas, yaitu:
1. Pendidik harus mengetahui prinsip-prinsip kurikulum.
2. Pendidik melaksanakan pengajarannya sesuai dengan prinsip-prinsip kurikulum yang berlaku.
3. Siswa harus bisa berpartisipasi aktif dalam pengembangan kurikulum, khususnya dalam program pembelajaran maupun
pendidikan agar tujuan pendidikan yang diharapkan bisa tercapai dengan optimal.
DAFTAR PUSTAKA
o http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2136882-pengertian-pengembangan-kurikulum/, diakses pada tanggal 3 April 2011.
o Idi, Abdullah. 2007. Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktek.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
o Sanjaya, Wina. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:
Kencana.
o Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Pengembangan Kurikulum; Teori dan
Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.