Monday, January 22, 2018

ISLAM SEBAGAI SUMBER NILAI DALAM PENDIDIKAN DAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN ISLAM SEBAGAI SUATU SISTEM NILAI

ISLAM SEBAGAI SUMBER NILAI DALAM PENDIDIKAN
DAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN ISLAM
SEBAGAI SUATU SISTEM NILAI

MAKALAH
“Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur mata kuliah Pendidikan Nilai”
Dosen : Husnan Sulaiman M.pd

 










Disusun Oleh : Kelompok 4 (Empat)
Dini Nurasyifah
(14210033)
Rizki Nurul Huda Hoeriah
(14210077)
Abdul Mu’min
(14210004)
Ayub Zakaria
(14210036)
Zaed Zaenudin
(14210091)


FAKULTAS TARBIYAH PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
AL-MUSADDADIYAH GARUT
TAHUN 2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Alloh SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, solawat serta salam semoga dilimpah curahkan kepada Nabi Muhamad SAW, Rasululloh terakhir yang diutus dengan membawa syari’ah yang mudah, penuh rahmat dan membawa keselamatan dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Berkat karunia serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur pada mata kuliah Pendidikan Nilai jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) semester 4. Kami berusaha semaksimal mungkin berkarya dengan harapan makalah ini dapat membantu pencapaian kompetensi mahasiswa dalam rangka mengingkatkam kualitas bangsa Indonesia.
Makalah ini disajikan dengan bahasa yang mudah dipahami serta memuat aspek mengenai Islam Sebagai Sumber Nilai Dalam Pendidikan Dan Pelaksanaan Pendidikan Islam Sebagai Suatu Sistem Nilai.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pendidikan di Indonesia. Kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk memperbaiki makalah ini yang jauh dari kesempurnaan.
                                                                                                         


Garut,    Mei 2016


Penyusun,



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . . . .  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .              i
DAFTAR ISI  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  ii
BAB I PENDAHULUAN                             
A.    Latar belakang . . . . . . . . . . . . . . . . .  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .       1
B.     Rumusan masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .       2
C.     Tujuan penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .        2
D.    Manfaat Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .      2
E.     Sistematika Penulisan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .      3
BAB II PEMBAHASAN
A.    Islam Sebagai Sumber Nilai Dalam Pendidikan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .    4
B.     Pendidikan Islam Secara Luas. . ………………………….. . . . . . . . . . . . . . . . .     8
C.     Dasar-Dasar  Sistem Pendidikan Islam…………………………………………… 9
D.    Al-Qur’an dan Hadits Sebagai Dasar Filosofis Pelaksanaan Pendidikan Islam……11
BAB III PENUTUP
Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  14
Saran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  14
DAFTAR PUSTAKA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . …. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . …… 15


 BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan nilai berperanan penting dalam upaya mewujudkan manusia Indonesia yang utuh. Pembinaan nilai sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan dapat menjadi sarana ampuh dalam menangkal pengaruh-pengaruh negatif, baik pengaruh yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Sejalan dengan derap laju pembangunan dan laju perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS), serta arus reformasi sekarang ini, pembinaan nilai semakin dirasa penting sebagai salah satu alat pengendali bagi tercapainya tujuan pendidikan nasional secara utuh. Namun, sekarang ini tampak ada gejala di kalangan anak muda, bahkan orang tua yang menunjukkan bahwa mereka mengabaikan nilai dan moral dalam tata krama pergaulan yang sangat diperlukan dalam suatu masyarakat yang beradab (civil society). Dalam era reformasi sekarang ini seolah-olah orang bebas berbuat apa saja sesuai dengan kehendaknya. Misalnya, perkelahian massal, penjarahan, pemerkosaan, pembajakan kendaraan umum, penghujatan, perusakan tempat ibadah, lembaga pendidikan, kantor-kantor pemerintahan dan sebagainya, yang menimbulkan korban jiwa dan korban kemanusiaan.
Bangsa Indonesia saat ini tidak hanya mengalami proses pendangkalan nilai yang seharusnya dimiliki serta dihayati dan dijunjung tinggi. Nilai-nilai itu kini bergeser dari kedudukan dan fungsinya serta digantikan oleh keserakahan, ketamakan, kekuasaan, kekayaan dan kehormatan. Dengan pergeseran fungsi dan kedudukan nilai itu, kehidupan bermasyarakat dan berbangsa dirasakan semakin hambar dan keras, rawan terhadap kekerasan, kecemasan, bentrok fisik (kerusuhan) dan merasa tidak aman. Dekadensi moral juga tercermin dalam sikap dan perilaku masyarakat yang tidak dapat menghargai orang lain, hidup dan perikehidupan bangsa dengan manusia sebagai indikator harkat dan martabatnya. Nilai-nilai moral menempatkan hak asasi manusia (HAM) sebagai ukuran pencegahan pelanggaran-pelanggaran berat, seperti pembunuhan, pemerkosaan, perkelahian, penculikan, pembakaran, perusakan dan lain-lain.
Dengan demikian, salah satu problematika kehidupan bangsa yang terpenting di abad ke-21 adalah nilai moral dan akhlak. Kemerosotan nilai-nilai moral yang mulai melanda masyarakat kita saat ini tidak lepas dari ketidakefektifan penanaman nilai-nilai moral, baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat secara keseluruhan. Efektivitas paradigma pendidikan nilai yang berlangsung di jenjang pendidikan formal hingga kini masih sering diperdebatkan.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas, maka kami menyusun sebuah makalah sederhana yang berjudul “Islam Sebagai Sumber Nilai Dalam Pendidikan Dan Pelaksanaan Pendidikan Islam Sebagai Suatu Sistem Nilai” sebagai sebuah atensi dalam membumikan Pendidikan Nilai di Indonesia pada umumnya dan khususnya di lembaga-lembaga pendidikan itu sendiri.
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat disimpulkan beberapa poin rumusan masalah diantaranya yaitu :
1.      Bagaimana Peranan agama islam sebagai sumber nilai dalam pendidikan ?
2.      Bagaimana Pelaksanaan pendidikan islam sebagai suatu sistem nilai ?
C.    Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan dapat di uraikan sebagai berikut :
1.      Agar mengetahui Peranan agama islam sebagai sumber nilai dalam pendidikan ?
2.      Agar mengetahui Pelaksanaan pendidikan islam sebagai suatu sistem nilai ?
D.    Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan dalam makalah ini yaitu, kita atau pembaca dapat memahami dan mengetahui mengenai wawasan pemahaman mengenai Islam sebagai sumber nilai dalam pendidikan dan Pelaksanaan pendidikan islam sebagai suatu sistem nilai. Untuk memperluas wawasan dan pandangan mahasiswa/mahasiswi terhadap prospek perkembangan pendidikan nilai.
E.     Sistematika Penulisan
Dalam sistematika penulisan, kami merangkum tiga bab. Bab pertama yaitu terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan. Bab ke dua membahas mengenai Islam Sebagai Sumber Nilai Dalam Pendidikan Dan Pelaksanaan Pendidikan Islam Sebagai Suatu Sistem Nilai. Bab ke tiga yaitu bab penutup membahas mengenai kesimpulan dan saran-saran.












BAB II
PEMBAHASAN
A.    Islam Sebagai Sumber Nilai Dalam Pendidikan
Sejak masa kenabian sampai saat ini, Islam tetap diakui sebagai ajaran (risalah) agama yang sangat compatible dengan cita-cita kemajuan ilmu pengetahuan dan pembentukan peradaban ummat. Di pandang dari segi teologis, Islam memiliki sistem ketuhanan yang sempurna, yang mengatur kehidupan alam semesta ini secara totalitas. Singkatnya, kehadiran Islam selain mengajarkan bagaimana membangun transendensi yang kokoh, tetapi juga memberi implikasi praksis-empiris, yakni membawa misi kerahmatan bagi semesta alam.
Namun, secara faktual yang terjadi dilapangan eksistensi Islam belum memperlihatkan suatu ajaran yang compatible dengan kemajuan sebagaimana yang dimaksud di atas, tetapi dalam beberapa hal ajaran agama justru dipahami secara parsial yang pada gilirannya membuat umat Islam itu sendiri terjebak pada dataran normativ, eskatologis dan berlawanan dengan nilai-nilai kedinamisannya. Munculnya wacana gagasan Islam liberal misalnya, telah melahirkan reaksi yang justru mematikan substansi pemikiran ummat.
Nampaknya masih ada kesenjangan antara cita-cita, pesan moral dan kenyataan yang sesungguhnya. Karena sampai saat ini, literatur keagamaan semacam ini masih agak ‘terbatas', dibandingkan dengan literatur keagamaan yang ranah kajiannya berbau konseptual dan sulit diimplementasikan pada dataran praksis.
Menurut Muslim A. Kadir (2003) saat ini perlu gagasan dan paradigma baru bahwa tentang pentingnya ilmu Islam terapan (`amali) sebagai jawaban terhadap kesenjangan literatur keagamaan selama ini. Sebab, warisan khazanah pemikiran yang banyak kita kaji sebelumnya hanya berkisar pada tataran konseptual yang cenderung bersifat abstrak dan bernuansa eskatologis. Pengembangan ilmu dalam Islam harus mencapai tahap yang mampu berdaya untuk memberikan manfaat konkret bagi umat Islam khususnya, dan masyarakat dunia pada umumnya.

Memahami doktrin Islam -landasan normativ- berarti harus diturunkan menjadi pesan dan petunjuk dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan yang elegan bagi kehidupan umat. Saat ini, problema yang masih dirasakan oleh umat Islam adalah kesenjangan antara ide dan kenyataan. Sehingga fenomena ini mengaharuskan bagi kita untuk menelaah kembali dengan menggunakan pendekatan dan metologis yang tepat.

Salah satu upaya untuk menjembatani kesenjangan tersebut -kata Kadir- harus dilakukan faktualisasi. Yakni suatu proses yang mengubah ide dalam Islam menjadi fakta dalam keberagamaan pemeluk. Proses ini berisi rangkaian kegiatan pemeluk yang merupakan pelaksanaan universalitas misi dan petunjuk dalam doktrin Islam, bagi kehidupan konkret masyarakat. Ujung akhir dari proses faktualisasi adalah Islam, yang bukan hanya sebagai ide, namun sudah meruang-waktu dalam wujud tampilan konkret, lengkap dengan sifatnya, keadaan, tempat dan waktu tertentu, dapat di indra, dalam kehidupan konkret pemeluk, dan dapat ditunjuk sebagai satuan keberagamaan.

Proses faktualisasi dapat dipahami sebagai singularitas keberagamaan dalam agama Islam. Perubahan universalitas menjadi singularitas ini sejajar dengan perubahan dari agama menjadi keberagamaan pada diri pemeluk. Dalam konteks ini, keberagamaan berarti menjalankan atau melaksanakan ajaran agama. Tanpa melalui proses faktualaisasi kandungan doktrin agama sulit mengakar rumput.

Sebagaimana digagas oleh para ilmuan Muslim terdahulu, kita dapat menjumpai sebuah termenologi "ideal moral" dan "legal formal" untuk merumuskan tabiat keberagamaan dalam sumber ajaran Islam. Term pertama, menunjuk pada pesan moral dan nilai kemanusiaan yang terdapat dalam ajaran, sedang kedua pada tampilan dan cenderung bernuansa baku dari pelaksanaan ajarannya. Untuk term yang pertama dapat diterima, namun term kedua terdapat banyak yang keberatan.

Gagagasan tentang ilmu Islam amali berangkat dari kenyataan bahwa masalah-masalah kontemporer saat ini tidak dapat dijelaskan dan dijawab dengan mewarisi intelektual Islam (kondisi sosial keagamaan mereka) begitu saja. Sebab bukan tidak mungkin warisan khazanah mengalami suatu -yang disebut Thomas S. Kuhn - tahap anomali. Jadi pembongkaran ulang terhadap pemikiran sebelumnya sangat mungkin untuk dilakukan, dan jalan keluarnya adalah merumuskan paradigma baru.

Keterbatasan ilmu Islam untuk menjawab dan menyelesaikan masalah ummat, kata A, Kadir- mengakibatkan ketidakberhasilannya secara maksimal untuk mencapai tujuan risalah seperti pada masa Rasullullah dan masa formasi Islam (Golden Age of Islam). Tidak jarang, banyak penulis seperti; Lothrop Stoddrad, George Antonius, Albert Hourani, W. Montgomery Watt, dan penulis Barat lainnya, atau oleh Ahmad Amin, Ahmad Syalaby, Niyazi Berkes, dan penulis-penulis Timur lainnya digambarkan sebagai periode kemunduran Islam. Aspek kemunduran ini tidak hanya terbatas pada dimensi politik semata, melainkan juga meluas sampai ke dimensi sosial, budaya, ilmu pengetahuan bahkan yang lebih memprihatinkan adalah justru kemunduran di bidang keagamaan.

Kondisi kehidupan seperti ini tidak hanya menghambat, melainkan sudah menggagalkan pencapaian tujuan risalah. Oleh karena itu, -kata A. Kadir- pokok bahasan, perspektif umum dan metode pemecahan masalah ilmu Islam, tidak lagi berhenti pada norma atau pemikiran spekulatif, melainkan secara pasti harus menjangkau terapan ajaran dalam kehidupan praktis atau dimensi ‘amali dari keberagamaan Islam.
Karena itu, paradigma yang perlu dibangun untuk membentuk ilmu Islam amali dapat dirumuskan dengan menggunakan pendekatan ahkamy, falsafy dan wijdany. Membangun keberagamaan perlu ditandai dengan kegiatan intelektual yang didasarkan pada paradigma tersebut. Dengan demikian, kualitas risalah dalam konteks sosiokulturalnya, sangat ditentukan oleh seberapa jauh potensi intelektual di dalam masing-masing paradigma itu.
Kerangka paradigma di atas, merupakan kunci pokok untuk memperoleh universalitas pesan moral dan nilai kemanusiaan yang terkandung dalam kitab suci maupun dari sunnah Rasulullah. Di sinilah faktualisasi itu bergerak menuju kondisi sosial yang saat ini berkembang sebagaimana substansi ajaran agama itu diturunkan di muka bumi ini. Jadi tidak ada kesulitan yang berarti, jika ada upaya untuk menafsirkan dan menta'wilkannya dengan secara kritis. Karena secara epistemologis, upaya melakaukan hal itu selaras dengan pandangan al-qur'an yang sangat tinggi menghargai kedudukan akal.
Kesemprnaan ajaran bukan bukan berarti tidak membutuhkan kerja keras untuk berusaha memahami dan menangkap substansi kandungannya. Karena itu, kajian keilmuan baik yang bersifat keagamaan, masalah ilmu-ilmu sosial, humaniora sangat membutuhkan kerangka metodologis yang sistematis yang dapat diuji kebenarannya. Ilmu dan agama sama-sama memiliki sifat yang mendorong pada nilai pragmatis. Jika terjadi pemisahan antara kedua jantung keilmuan tersebut, maka kehancuran dan sekularisme sulit bisa disembuhkan.
Dalam konteks sosiokultural, antara ajaran agama dan kemajuan sains harus dapat berjalan seiring dan seirama. Secara sosiologis keduanya sama-sama memiliki fungsional untuk membentuk diri manusia sejahtera, bahagia dan rasa aman.
Pengembangan petunjuk dalam ajaran Islam diharapkan menjadi sains keagamaan, dan pada akhirnya dapat ditumbuhkan teknologi untuk memberdayakan potensi agama. Jika tahap perkembangan ini tercapai, maka keunggulan dan manfaat ajaran agama tidak berhenti pada keyakinan semata, namun sudah dapat dibuktikan dalam praksis kehidupan.
B.     Pendidikan Islam Secara Luas
Dalam dunia filsafat, filsafat pendidikan merupakan suatu bentuk filsafat khusus, yaitu suatu cabang dari filsafat yang sasaran pembahasannya dalam bidang pendidikan, dan merupakan pedoman bagi perancang dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran islam.
Dengan demikian filsafat pendidikan islam pada hakikatnya merupakan landasan dasar bagi penyusunan suatu system pendidikan islam. Pemikiran-pemikiran filsafat pendidikan islam menjadi pola dasar bagi para ahli pendidikan islam mengenai bagaimana system pendidikan yang dikehendaki  dan sesuai dengan konsep ajaran islam, yang berhubungan dengan pendidikan.
Kata sistem berasal dari bahasa Yunani, systema yang berarti cara atau strategi. Istilah sistem dari bahasa Yunani juga diartikan sebagai suatu keseluruhan yang tersusun dari banyak bagian whole compounded of several parts. Dalam bahasa inggris system berarti sistem, susunan, jaringan, cara. Sistem juga diartikan sebagai suatu strategi, cara berfikir atau model berfikir.Sistem juga dikatakan sebagai kumpulan berbagai komponen yang masing- masing saling terkait, tergantung, dan saling menentukan.
Pada awalnya pendekatan sistem digunakan dalam bidang teknik, tetapi pada akhir tahun 1990 dan awal 1960 an, pendekatan sistem mulai diaplikasikan dalam bidang pendidikan seperti merumuskan masalah, analisis kebutuhan, analisis masalah, desain metode, dan materi instruksional pelaksanaan secara eksperimental, menilai dan merivisi dan sebagainya.
Dengan demikian pendekatan sistem merupakan proses pemecahan masalah yang logis atau mencapai hasil pendidikan secara efektif dan efesien.
Hubungan antara pemikiran filsafat dengan sistem pendidikan agaknya dapat ditelusuri dari pelaksanaan pendidikan islam di zaman permulaan islam hingga ke zaman klasik. Direntang masa tersebut, diduga system pendidikan islam belum dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran filsafat asing. Alasan yang kuat, antara lain bahwa dizaman-zaman tersebut secara politis islam masih menjadi negara adikuasa. Hingga cukup beralasan kalau Rogen Baconmenyatakan “jika seseorang ingin menemukan kebenaran, maka ia seharusnya mempelajarinya dari orang-orang arab (muslim). Dan seperti diakuinya, metode empiris yang ia kembangkan, berasal dari metode pendidikan yang dikembangkan dalam system pendidikan islam. Metode ini dikenal dengan Minhaj al- Tajribiyat al- Arabiyat, adalah sebagai metode pendidikan yang banyak dipelajari oleh para ilmuan Eropa menjelang berakhirnya zaman keemasan Bani Umayyah di Andalusia.
C.    Dasar-Dasar  Sistem Pendidikan Islam
Dasar sistem pendidikan islam identik dengan dasar ajaran islam itu sendiri. Keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu Al-Qur’an dan hadits. Kemudian dasar tadi dikembangkan dalam pemahaman para ulama dalam bentuk qiyas syar’i, ijma’ yang diakui, ijtihad dan tafsir yang benar dalam bentuk hasil pemikiran yang menyeluruh dan terpadu tentang jagat raya, manusia, masyarakat, dan bangsa, pengetahuan kemanusiaan dan akhlak, dengan menunjuk kedua sumber asal (al-Qur’an dan hadits) sebagai sumber utama.
Menjadikan Al-Qur’an dan hadits sebagai dasar pemikiran dalam membina system pendidikan, bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan kepada keyakinan semata. Lebih jauh kebenaran itu juga sejalan dengan kebenaran yang dapat diterima oleh nalar dan bukti  sejarah, sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya. Dengan demikian, kebenaran itu bisa kita kembalikan pada pembuktian akan kebenaran pernyataan firman allah :
 ”Al-Qur’an tidak ada keraguan padanya petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”(Q.2:2).
Kebenaran yang dikemukakannya mengandung kebenaran yang hakiki, bukan kebenaran yang spekulatif, lestari dan tidak bersifat tentative (sementara).
“ Sesungguhnya kami menurunkan al-Qur’an dan sesngguhnya kami tetap memeliharanya.( Q.15:9).
Kebenaran yang seperti itu pula yang dijadikan dasar pemikiran dalam Pembinaan system pendidikan islam.
Berbeda dengan kebenaran yang dibuat oleh hasil pemikiran manusia. Kebenaran nalar produk manusia, bagaimanapun terbatas oleh uang dan waktu. Selain itu hasil pemikiran tersebut mengandung muatan subyektivitas, sesuai dengan sudut pandang masing-masing. Adanya kedua faktor ini mendorong hasil pemikiran para ahli pendidikan ntuk membuahkan konsep pendidikan yang sesuai dengan pandangan pandangan hidup masing-masing.
Setiap masyarakat, bagaimanapun mempunyai falsafah dan pandangan hidup yang mereka nilai sesuai asas dalam membentuk generasi yang akan datang sebagai generasi pewaris. Adanya berbagai aliran pemikiran filsafat berupa faham-faham menunjukkan bukti keragaman pandangan hidup itu. Dan dengan demikian tujuan yang akan dicapai oleh system pendidikan pada prinsipnya tak terlepas dari asas filsafat yang mereka anut.
Dasar adalah landasan tempat berpisah atau tegaknya sesuatu agar sesuatu tersebut tegak berdiri dalam suatu bangunan yaitu fondamen yang menjadi landasan bangunan tersebut agar bangunan itu tegak dan kokoh berdiri, demikian pula dasar sistem pendidikan islam yaitu fondamen yang menjadi landasan atau asas agar pendidikan islam dapat tegak berdiri agar tidak mudah roboh karena tiupan angin kencang berupa ideologi.
D.    Al-Qur’an dan Hadits Sebagai Dasar Filosofis Pelaksanaan Pendidikan Islam
1.      Al-Qur’an.
Allah berfirman yang artinya:
“Dan demikian kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur’an) dengan perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan Al-Qur’an itu cahaya yang kami kehendaki diantara hamba-hamba kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benarbenar memberi petunjuk kepada jalan yang benar ( QS. Asy-Syura : 52 )”
Nabi SAW juga bersabda, yang artinya:
“ Sesungguhnya orang mu’min yang paling dicintai oleh Allah ialah orang yang senantiasa tegak taat kepada-Nya dan memberikan nasihat kepada hamba-Nya, sempurna akal pikirannya, serta mengamalkan ajaran-Nya selama hayatnya, maka beruntung dan memperoleh kemenangan ia”
Dari ayat dan hadis di atas tadi dapat diambil kesimpulan bahwa Al-Qur’an diturunkan kepada umat manusia untuk memberi petunjuk ke arah jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk kearah jalan yang diridhai Allah SWT. Dan menurut Hadist Nabi, bahwa diantara sifat orang mukmin ialah saling menasihati untuk mengamalkan ajaran Allah, yang dapat diformulasikan sebagai usaha atau dalam bentuk pendidikan Islam.
Bagi umat Islam dasar agama Islam merupakan fondasi utama keharusan berlangsungnya pendidikan. Karena ajaran Islam bersifat universal yang kandungannya sudah tercakup seluruh aspek kehidupan ini. Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, serta keterampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama, dengan sebaik-baiknya.
Corak pendidikan itu erat hubungannya dengan corak penghidupan, karenanya jika corak penghidupan itu berubah, berubah pulalah corak pendidikannya, agar si anak siap untuk memasuki lapangan penghidupan itu. Pendidikan itu memang suatu usaha yang sangat sulit dan rumit, dan memakan waktu yang cukup banyak dan lama, terutama sekali dimasa modern dewasa ini. Pendidikan menghendaki berbagai macam teori dan pemikiran dari para ahli pendidik dan juga ahli dari filsafat, guna melancarkan jalan dan memudahkan cara-cara bagi para guru dan pendidik dalam menyampaikan ilmu pengetahuan dan pengajaran kepada para peserta didik.
Islam adalah agama yang membawa misi agar ummatnya menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. Al-Qur’an yang pertama kali turun adalah berkenaan tentang masalah keimanan juga pendidikan dalam firman-Nya yang artinya:  
“ Bacalah dengan (menyebut ) nama tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah. Bacalah dan tuhanmulah yang paling pemurah yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahui. (Qs. Al-Alaq 1-5 )
Dari ayat ayat tersebut diatas dapatlah diambil kesimpulan bahwa seolah-olah tuhan berkata hendaklah manusia meyakini akan adanya adanya tuhan pencipta manusia. Selanjutmya untuk memperkokoh keyakinan dan memelihara agar tidak luntur hendaklah melaksanakan pendidikan dan pengajaran.
2.      As- Sunnah
Sunnah merupakan dasar sistem pendidikan islam yang kedua setelah Al-Qur’an, Banyak hal yang bersifat global atau universal dalam Al-Qur’an dijelaskan melalui sunnnah.
Salah satu hal yang harus diperhatika dalam sistem pendidikan islam ialah skap kesungguhan dari seorang pendidik. Rasulullah saw adalah juru didik dan beliau juga menjunjung tinggi terhadap pendidikan dan motivasi agar berkiprah kepada pendidikan dan pengajaran. Rosulullah saw bersabda yang artinya :
“Barang siapa yang menyembunyikan ilmunya maka tuhan akan mengekangnya dengan kekang berapi”.












BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Terpuruknya bangsa dan negara Indonesia dewasa ini tidak hanya disebabkan oleh krisis ekonomi melainkan juga oleh krisis nilai dan akhlak. Oleh karena itu, perekonomian bangsa menjadi ambruk, korupsi, kolusi, nepotisme, dan perbuatan-perbuatan yang merugikan bangsa merajalela. Perbuatan-perbuatan yang merugikan dimaksud adalah perkelahian, perusakan, perkosaan, minum minuman keras, dan bahkan pembunuhan. Keadaan seperti itu, terutama krisis nilai dan akhlak terjadi karena kesalahan dunia pendidikan atau kurang berhasilnya dunia pendidikan dalam menyiapkan generasi muda bangsanya.
Dunia pendidikan telah melupakan tujuan utama pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan secara simultan dan seimbang. Dunia pendidikan kita telah memberikan porsi yang sangat besar untuk pengetahuan, tetapi melupakan pengembangan sikap/nilai dan perilaku dalam pembelajarannya. Dunia pendidikan sangat meremehkan mata-mata pelajaran yang berkaitan dengan pembentukan karakter bangsa.
Oleh karena itu, reposisi, re-evaluasi dan redefinisi terhadap "rumpun" Pendidikan Nilai khususnya, dipandang perlu agar tujuan kurikuler dan tujuan nasional pendidikan yang bermaksud menyiapkan generasi bangsa yang berwatak luhur dapat tercapai.
B.     Saran
Makalah ini di sampaikan kepada Sekolah Tinggi Agama Islam Almusaddadiyah selaku lembaga pendidikan yang mempelajari tentang pendidikan nilai, Yayasan Almusaddadiyah yang menaungi lembaga ini tidak lupa kepada rekan-rekan Mahasiswa yang mempelajari mata kuliah pendidikan nilai ini, semoga beramanfaat dan menjadi bahan referensi juga koreksi dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Elmubarok, Z. (2008). Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.
Kurniawan, K. 2008. Paradigma Baru Pendidikan Moral. http://groups.google.co.id, 27 Agustus 2008.
Mulyana, R. 2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.
Sudrajat, A. (2008) Konsep, Ruang Lingkup dan Sasaran Pendidikan Umum. [Online]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/11/08/ konsep-ruang-lingkup-dan-sasaran-pendidikan-umum. [11 Nov 2008]
Tiweng, T. (2008). Penanaman Pendidikan Nilai. [Online]. Tersedia: http://www. freelists.org/archives/ppi/09-2005/msg00225.html. [11 November 2008]
Trimo. (2007). Pendekatan Penanaman Nilai dalam Pendidikan. [Online]. Tersedia: http://re-searchengines.com/0807trimo.html. [16 Sept 2008]
Zakaria, T.R. (2008) Pendekatan-pendekatan Pendidikan Nilai dan Implementasi dalam Pendidikan Budi Pekerti. [Online]. Tersedia: http://groups.yahoo. com /group/pakguruonline/message/131. [11 November 2008)

No comments:

Post a Comment

LOGO SMP-IT ALKHOIRIYYAH GARUT