HUBUNGAN NILAI, FILSAFAT, PENDIDIKAN NILAI
DAN ILMU PENGETAHUAN
MAKALAH
“Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur mata kuliah
Pendidikan Nilai”
Dosen : Husnan Sulaiman M.pd
Disusun Oleh : Kelompok 4 (Empat)
Dini Nurasyifah
|
(14210033)
|
Rizki Nurul Huda Khoeriah
|
(14210077)
|
Abdul Mu’min
|
(14210004)
|
Zaed Zaenudin
|
(14210091)
|
FAKULTAS TARBIYAH PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM
AL-MUSADDADIYAH
GARUT
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan ke hadirat Alloh SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, solawat
serta salam semoga dilimpah curahkan kepada Nabi Muhamad SAW, Rasululloh
terakhir yang diutus dengan membawa syari’ah yang mudah, penuh rahmat dan
membawa keselamatan dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Berkat karunia serta
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi salah satu
tugas terstruktur pada mata kuliah Pendidikan Nilai jurusan Pendidikan Agama
Islam (PAI) semester 4. Kami berusaha semaksimal mungkin berkarya dengan
harapan makalah ini dapat membantu pencapaian kompetensi mahasiswa dalam rangka
mengingkatkam kualitas bangsa Indonesia.
Makalah
ini disajikan dengan bahasa yang mudah dipahami serta memuat aspek mengenai Hubungan Nilai, Filsafat, Pendidikan Nilai dan Ilmu Pengetahuan.
Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pendidikan di Indonesia. Kami mengharapkan saran dan kritik
yang membangun untuk memperbaiki makalah ini yang jauh dari kesempurnaan.
Garut,
Mei 2016
Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
DAFTAR ISI
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
B. Rumusan
masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . 2
C. Tujuan
penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . 2
D. Manfaat
Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . 2
E. Sistematika
Penulisan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Hubungan antara Nilai dengan Filsafat
1.
Nilai…………………………………………………………………..……….
4
2.
Filsafat………………………………………………………………………...
5
3.
Hubungan antara Nilai dengan Filsafat……………………………………… 5
B.
Hubungan
antara Pendidikan Nilai dengan Ilmu Pengetahuan.
1. Ilmu Pengetahuan . ………………………….. ………………………………7
2. Pendidikan Nilai……………………………………………………………… 9
3. Hubungan antara Pendidikan Nilai dengan Ilmu Pengetahuan………………. 10
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . 12
Saran.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
DAFTAR PUSTAKA.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . …. . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . …… 13
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan nilai berperanan penting dalam upaya mewujudkan manusia
Indonesia yang utuh. Pembinaan nilai sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
pendidikan dapat menjadi sarana ampuh dalam menangkal pengaruh-pengaruh negatif,
baik pengaruh yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Sejalan dengan
derap laju pembangunan dan laju perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni (IPTEKS), serta arus reformasi sekarang ini, pembinaan nilai semakin
dirasa penting sebagai salah satu alat pengendali bagi tercapainya tujuan
pendidikan nasional secara utuh. Namun, sekarang ini tampak ada gejala di
kalangan anak muda, bahkan orang tua yang menunjukkan bahwa mereka mengabaikan
nilai dan moral dalam tata krama pergaulan yang sangat diperlukan dalam suatu
masyarakat yang beradab (civil society). Dalam era reformasi sekarang ini
seolah-olah orang bebas berbuat apa saja sesuai dengan kehendaknya. Misalnya,
perkelahian massal, penjarahan, pemerkosaan, pembajakan kendaraan umum,
penghujatan, perusakan tempat ibadah, lembaga pendidikan, kantor-kantor
pemerintahan dan sebagainya, yang menimbulkan korban jiwa dan korban
kemanusiaan.
Bangsa Indonesia saat ini tidak hanya mengalami proses pendangkalan
nilai yang seharusnya dimiliki serta dihayati dan dijunjung tinggi. Nilai-nilai
itu kini bergeser dari kedudukan dan fungsinya serta digantikan oleh
keserakahan, ketamakan, kekuasaan, kekayaan dan kehormatan. Dengan pergeseran
fungsi dan kedudukan nilai itu, kehidupan bermasyarakat dan berbangsa dirasakan
semakin hambar dan keras, rawan terhadap kekerasan, kecemasan, bentrok fisik
(kerusuhan) dan merasa tidak aman. Dekadensi moral juga tercermin dalam sikap
dan perilaku masyarakat yang tidak dapat menghargai orang lain, hidup dan
perikehidupan bangsa dengan manusia sebagai indikator harkat dan martabatnya.
Nilai-nilai moral menempatkan hak asasi manusia (HAM) sebagai ukuran pencegahan
pelanggaran-pelanggaran berat, seperti pembunuhan, pemerkosaan, perkelahian,
penculikan, pembakaran, perusakan dan lain-lain.
Dengan demikian, salah satu problematika kehidupan bangsa yang
terpenting di abad ke-21 adalah nilai moral dan akhlak. Kemerosotan nilai-nilai
moral yang mulai melanda masyarakat kita saat ini tidak lepas dari
ketidakefektifan penanaman nilai-nilai moral, baik di lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat secara keseluruhan. Efektivitas paradigma pendidikan
nilai yang berlangsung di jenjang pendidikan formal hingga kini masih sering
diperdebatkan.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas, maka kami menyusun
sebuah makalah sederhana yang berjudul “Hubungan Nilai, Filsafat, Pendidikan
Nilai dan Ilmu Pengetahuan” sebagai sebuah atensi dalam membumikan Pendidikan
Nilai di Indonesia pada umumnya dan khususnya di lembaga-lembaga pendidikan itu
sendiri.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat disimpulkan beberapa poin
rumusan masalah diantaranya yaitu :
1.
Bagaimana
Hubungan antara Nilai dengan Filsafat ?
2.
Bagaimana
Hubungan antara Pendidikan Nilai dengan Ilmu Pengetahuan ?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan dapat di uraikan sebagai berikut :
1.
Agar
mengetahui Hubungan antara Nilai dengan Filsafat
2.
Agar
mengetahui Hubungan antara Pendidikan Nilai dengan Ilmu Pengetahuan
D.
Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan dalam makalah ini yaitu, kita atau pembaca dapat
memahami dan mengetahui mengenai wawasan pemahaman mengenai Hubungan Nilai,
Filsafat, Pendidikan Nilai dan Ilmu Pengetahuan. Untuk memperluas wawasan dan
pandangan mahasiswa/mahasiswi terhadap prospek perkembangan pendidikan nilai.
E.
Sistematika Penulisan
Dalam sistematika penulisan, kami merangkum tiga bab. Bab pertama
yaitu terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan,
manfaat penulisan dan sistematika penulisan. Bab ke dua membahas mengenai Islam
Sebagai Sumber Nilai Dalam Pendidikan Dan Pelaksanaan Pendidikan Islam Sebagai
Suatu Sistem Nilai. Bab ke tiga yaitu bab penutup membahas mengenai kesimpulan
dan saran-saran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hubungan antara Nilai dengan Filsafat
1.
Nilai
Nilai secara etimologi merupakan pandangan kata value(bahasa
inggris) yang berbasi moral (moral value). Dalam kehidupan sehari-hari, kata
Nilai merupakan sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas dan
berguna bagi manusia. Dalam pembahasan ini kata nilai merupakan kualitas yang
berbasis moral. Istilah ini dalam filsafat dipakai untuk menunjukkan kata benda
abstrak yang artinya keberhargaan yang
setara dengan berarti atau kebaikan.
Dari sudut pandang terminologi nilai dapat diartikan berdasarkan difinisi
tokoh-tokoh yang ada di dalamnya.sebagai berikut
Max Scheler mengatakn bahwa: nilai merupakan kualitas yang tidak
tergantung, dan tidak berubah seiring dengan perubahan barang. Contohnya:kursi
tidak akan berubah menjadi meja ketika suatu objek dibuat menjadi kursi.
Immanuel Kant mengatakan bahwa: nilai tidak tergantung pada materi,
ia murni sebagai nilai tampa bergantung pada pengalaman. Contohnya: manusia
membunuh karena keinginan dia sendiri untuk membunuh tampah pengaruh dari orang
lain yang menyuruhnya.
Jadi , Kehidupan dalam dunia ini merupakan sesuatu yang sangat
bernilai namun dalam kenyataannya setiap yang bernilai itu mempunyai lapisan
dan aspek yang berbeda – beda. Dalam memahami nilai itu kita harus sadar akan
nilai itu sendiri yang ada pada manusia.
2.
Filsafat
Secara etimologi filsafat berasal dari dua kata pokok yaitu: philo
dan shopia.Kata Philo berarti cinta atau sahabat, dan Sophia berarti
kebijaksanaan, kearifan dan pengetahuan. Sehingga kat filsafat berarti cinta
kebijaksanaan, cinta kearifan, cinta pengetahuan, atau sahabat pengetahuan,
sahabat bijaksana, dan sahabat kearifat.
Secara terminologi filsafat dapat dia artikan dengan kegiatan
berpikir secara bijak,arif,sistematis,menyeluruh dan logis terhadap sesuatu.
Jadi menurut Nina W. Syam dalam sebuah bukunya Dr.Mustari Mustafa mengatakan
bahwa berfilsafat pada dasarnya adalah perenungan yang mendalam mengenai
sesuatu yang dia anggap atau dinilai bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Filsafat adalah usaha untik mengetahui sebaga sesuatu. ‘ada’
(being) merupakan implikasi dasar. Jadi, segala sesuatu yang mempunyai kualitas
tertentu pasti ‘ada’. Filsafat mempunyai tujuan untuk membicarakan
kaber-‘ada’an. Filsafat juga membehas lapisan terahir dari segala sesuatu atau
membahas masalah yang paling mendasar.
Tujuan filsafat adalah mencari hakekat dari sesuatu objek atau
gejala secara mendalam, sedangkan dalam filsafat nilai membicarakan hakekat
nilai tertentu, untuk masuk kepada hakekat sesuatu, filsafat nilai disini menjadi fokusnya filsafat. Filsafat
juga bersifat integral yang berarti
mempunyai kecenderungan untuk memperoleh pengetahuan yang utuh sebagai suatu
keseluruhan. Sehingga filsafat memendang objeknya secara utuh.[5]
3.
Hubungan Filsafat dengan Nilai
Dalam filsafat nilai juga disebut sebagai Aksiologi. Sebagai cabang
filsafat yang memperlajari nilai estetika dan etika terhadap hasil dari
pengetahuan. Aksiologi ini juga merupakan ilmu pengetahuan yang menyelidiki
hakekat nilai terhadap persoalan kefilsafatan, nilai yang dimaksud adalah nilai
guna, nilai fungsi dan nilai manfaat.[6]
Berbicara hubungan filsafat dengan nilai merupakan sesuatu yang tak
bisa di pisahkan, karena nilai merupakan bagian dari filsafat atau cabang dari
filsafat yang membahas mengenai nilai-nilai yang ada dalam filsafat itu sendiri
yaitu nilai etika,etiket, norma dan nilai estetika yang keduanya membutuh
pemikiran secara mendalam untuk mendapatkan hakikat dari nilai-nilai itu.
a.
Etika
merupakan ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral
b.
Estetika,
juga biasa disebut dengan filsafat keindahan. Dimana membahas mengenai norma
atau nilai indah dan tidak indah. Objelk dari estetika adalah pengalaman akan
keindahan. Dalam estetika yang dicari adalah hakekat dari keindahan,
bentuk-bentuk pengalaman keindahan (seperti keindahan jasmani dan keindahan
rohani, keindahan alam dan keindahan seni).
Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik. Baik pada diri
seseorang maupun pada saat suatu masyarakat atau kelompok masyarakat. Yang
berarti etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan
hidup yang baik,dan segala kebiasaan yang dianut diwariskan dari satu orang ke
orang lain. Dengan kata lain, etika adalah nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi
pegangan seseorang atau sekelompok dalam mangatur tingka lakunya.
Sedangkan filsafat merupakan nilai dimana filsafat mencoba
memberikan pemahaman secara mendalam tentang sesuatu yang dia anggap atau
dinilai bermanfaat bagi kehidupan manusia. Jadi jelas hubungan antara nilai
dengan filsafat tidak bisa terpisahkan. Filsafat nilai adalah cabang yang
membahas nilai secara filosof atau kefilsafatan, mendasar, menyeluruh,
sistematis sampai pada hakekat nilai itu sendiri untuk mendapatkan kebenaran
sesuai dengan kenyataan.
Selain itu ada juga masalah relatif dan Absolut. Nilai relative
terganutng pada yang menilai nilai menjadui penting dalam kehidupan manusia, menjadi pegangan dan
prinsip hidup, sehingga dapat mempengaruhi tindakannya. nilai dapat dimengerti
sebagai norma atau pegangan yang mengarahkan manusia pada
perbuatan-perbuatanyang terpuji. Perbuatan manusia tersebut mengarah pada
kebahagiaan bagi dirinya. Sedangkan nilai absolut tidak bisa diubah atau
diganggu gugat, ada pada dirinya sendiri. Tidak ada yang mengungguli, sifatnya
tetap. Misalnya tuhan maha adil, maha pengasih. Dengan nilai absolut tersebut
maka sesungguhnya nilai-nilai itu menjadisuatu hakekat universal yang kita
jadikan sebagai standar untuk menilai berbagai hal sesuai dengan porsi hakekat,
kebaikan dan keindahan wujudnya, baik dalam jiwa atau dalam realitas nyata.
Selain kaitannya dengan nilai etika dan estetika, aksiologi
berorintasi kepada asas manfaat atau tujuan, yaitu bagaimana filsafat nilai mampu memberi pemecahan terhadap persoalan-persoalan
baik dalam kaitannya dengan persoalan kehidupan manusia, maupun asan manfaat
bagi pengembangan interdisipliner dalam filsafat nilai. Ada yang beranggapan
bahwa tujuan ilmu pengetahuan sebagai upaya para peneliti menjadikan alat untuk
menambah kehidupan kesenangan manusia dalam kehidupan yang terbatas dimuka
bumi. Sebagai lagi diorientasikan sebagai alat untuk meningkatkan kebudayaan
dan kemajuan bagi umat manusia secara keseluruhan baik bersifat objektif maupun
subjektif.
B.
Hubungan antara Pendidikan Nilai dengan Ilmu Pengetahuan
1.
Ilmu Pengetahuan
Ilmu Pengetahuan berasal dari kata bahasa Inggris
yakni science, yang berasal dari bahasa latin scientia dari bentuk kata kerja scire yang berarti
mempelajari, mengetahui. Pertumbuhan selanjutnya pengertian ilmu pengetahuan
mengalami perluasan arti sehingga menunjuk pada segenap pengetahuan sistematik.
Dalam bahasa Jerman dikenal wissenschaft.
The Liang Gie (1987) memberikan pengertian ilmu adalah
rangkaian aktivitas penelaahan yang mencari penjelasan suatu metode untuk
memperoleh pemahaman secara rasional empiris mengenai dunia ini dalam berbagai
seginya, dan keseluruhan pengetahuan sistematis yang menjelaskan berbagai
gejala yang ingin di mengerti manusia.[
Sedangkan pengetahuan (knowledge) yang
dapat dikenali (identify), dapat diterangkan (explain), dapat dilukiskan (describe),
dapat diperkirakan (predict), dapat dianalisis (diagnosis), dan dapat diawasi (control) akan menjadi suatu ilmu (science).
Dari pendapat diatas, maka setiap ilmu sudah pasti
pengetahuan, tetapi setiap pengetahuan belum tentu sebagai ilmu. Kemudian
syarat yang paling penting untuk keberadaan suatu pengetahuan disebut ilmu
adalah adanya objek. Pengetahuan yang bukan ilmu dapat saja berupa pengetahuan
tentang seni dan moral.
Ada tiga kategori pengetahuan yang perlu kita kenal,
yakni :
a.
Pengetahuan
inderawi (knowledge) yang meliputi semua fenomena yang dapat
dijangkau secara langsung oleh pancaindera. Batas pengetahuan ini adalah segala
sesuatu yang tidak tertangkap oleh pancaindera. Ia merupakan tangga untuk
melangkah ke ilmu.
b.
Pengetahuan
keilmuan (science) yang meliputi semua fenomena yang dapat di
teliti dengan riset atau eksperimen, sehingga apa yang ada di balik knowledge bisa terjangkau. Batas pengetahuan ini
adalah segala sesuatu yang tidak tertangkap oleh rasio dan pancaindera.
c.
Pengetahuan
falsafi yang mencakup segala fenomina yang tak dapat diteliti, tapi dapat dipikirkan.
Batas pengetahuan ini adalah alam, bahkan bisa menembus apa yang ada di luar
alam yakni Tuhan.
Kalau kita kaji lebih jauh dan mendalam, ternyata ada dua
hal yang nampaknya sepele dan sering kita temui dalam kenyataan sehari-hari,
yakni tentang penyebutan antara ilmu dan ilmu pengetahuan. Apakah sama ataukah
terdapat perbedaan mendasar dari dua istilah di atas ?
Dalam Webster’s New Collegiate Dictionary, tertulis dua
istilah : knowledge dan science. Dari penjelasan Webster tersebut, dapat
ditarik suatu pelajaran bahwa “knowledge”
menjelaskan tentang adanya suatu hal yang diperoleh secara biasa atau
sehari-hari (regularly) melalui pengalaman-pengalaman, kesadaran,
informasi, dan sebagainya. Sedangkan “science”, di
dalamnya terkandung adanya pengetahuan yang pasti, lebih praktis, sistematik,
metodik, ilmiah, dan mencakup kebenaran umum mengenai objek studi yang lebih
bersifat fisis (natural)
Oleh sebab itu, sudah seharusnya ada tuntunan untuk
pemberian nama, apakah ilmu ataukah Ilmu Pengetahuan, walaupun kedua hal itu
adalah sama pentingnya dalam hidup dan kehidupan manusia. Ilmu membentuk daya
intelegensia yang melahirkan adanya skill yang bisa
mengkonsumsi setiap masalah. Sedangkan pengetahuan membentuk daya moralitas
keilmuan yang kemudian melahirkan tingkah laku dan perbuatan yang berkaitan
dengan masalah-masalah yang tercakup di dalam tujuan akhir kehidupan manusia.
2.
Pendidikan Nilai
Pendidikan Nilai adalah standar atau ukuran (norma) yang kita gunakan
untuk mengukur segala sesuatu. Menurut Scheler, nilai merupakan kualitas
yang tidak tergantung pada benda. Benda adalah sesuatu yang bernilai.
Ketidaktertgantungan ini mencakup setiap bentuk empiris, nilai adalah
kualitas a priori. Ketergantungan tidak hanya mengacu pada objek
yang ada di dunia seperti lukisan, patung, tindakan, manusia, dan sebagainya,
namun juga reaksi kita terhadap benda dan nilai.
3.
Hubungan Ilmu Pengetahuan dengan Nilai
Ilmu pengetahuan berupaya mengungkapkan realitas
sebagaimana adanya, sedangkan moral pada dasarnya adalah petunjuk tentang apa
yang seharusnya dilakukan manusia. Hasil –hasil kegiatan keilmuan memberikan
alternatif untuk membuat keputusan politik dengan berkiblat pertimbangan moral.
Persoalannya disini adalah ilmu-ilmu yang berkembang
dengan pesat apakah bebas nilai atau tidak ?. Bebas nilai disini sebagaimana
dinyatakan oleh Josep Situmorang (1996) menyatakan bahwa bebas nilai artinya
tuntutan terhadap setiap kegiatan ilmiah agar didasarkan pada hakikat ilmu
pengetahuan itu sendiri. Ilmu pengetahuan menolak campur tangan faktor
eksternal yang tidak secara hakiki menentukan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Paling tidak ada 3 faktor sebagai indikator bahwa ilmu pengetahuan itu bebas
nilai, yaitu :
a.
Ilmu harus
bebas dari berbagai pengandaian, yakni bebas dari pengaruh eksternal seperti
faktor politis, ideologi, agama, budaya, dan unsur kemasyarakatan lainnya.
b.
Perlunya
kebebasan usaha ilmiah agar otonomi ilmu pengetahuan terjamin.
c.
Penelitian
ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang sering dituding menghambat
kemajuan ilmu, karena nilai etis itu sendiri bersifat universal.
Tetapi pertanyaannya sekarang adalah apakah ilmu
pengetahuan mempunyai otonomi yang sedemikian mutlak lepas dari campur tangan
pihak lain ? bagaimana jadinya kalau ilmu pengetahuan dikembangkan secara
sedemikian otonom sehingga pada akhirnya tidak memperdulikan berbagai nilai di
luar ilmu pengetahuan dan pada akhirnya malah merugiakan manusia ? dan apa
sesungguhnya tujuan dari ilmu pengetahuan itu ?
Ilmu Pengetahuan dan Nilai – menjawab
pertanyaan ini, terdapat dua macam kecenderungan dasar dalam melihat tujuan
ilmu pengetahuan tersebut. Pertama,
kecenderungan puritan-elitis yang
beranggapan bahwa tujuan akhir dari ilmu pengetahuan adalah demi ilmu
pengetahuan, yakni mencari dan menemukan penjelasan-penjelasan yang benar
tentang segala sesuatu. Tetapi bagi kaum puritan-elitis, kebenaran ilmiah dari
penjelasan ini hanya dipertahankan demi kebenaran murni begitu saja dan untuk
memuaskan rasa ingin tahu manusia. Maka ilmu pengetahuan bagi mereka
dikembangkan hanya demi ilmu pengetahuan. Kedua, kecenderunganpragmatis yang beranggapan bahwa ilmu pengetahuan
dikembangkan demi mencari dan memperoleh penjelasan tentang berbagai persoalan
dalam alam semesta ini. Ilmu pengetahuan memang bertujuan untuk menemukan
kebenaran. Tetapi bagi mereka, ilmu pengetahuan tidak berhenti sampai di situ
saja. Ilmu pengetahuan itu pada akhirnya berguna bagi manusia untuk memecahkan
berbagai persoalan yang dihadapi dalam hidupnya.
Dari uraian diatas nampak jelas bahwa berbeda dengan
kecenderungan puritan-elitis, bagi kecenderungan
pragmatis, ilmu pengetahuan tidak bisa bebas nilai, ilmu pengetahuan terbebani
dengan nilai. Ilmu pengetahuan mau tidak mau peduli atas nilai, ia peduli akan
keselamatan manusia, akan harkat dan martabat manusia, dan ilmu pengetahuan
tidak bisa menutup mata akan semua nilai.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pemaparan
materi di atas maka dapatlah diambil beberapa kesimpulan, yaitu : Nilai
adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi
manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi
kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan merupakan hasil tahu manusia terhadap
sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu.
Dalam
konteks pembuktian atau justifikasi, ilmu pengetahuan tidak bisa bebas
nilai. Sementara dalam konteks penemuan ilmu, demi alasan objektivitas,
ilmu pengetahuan tentu bisa bebas nilai.
B.
Saran
Makalah ini di sampaikan kepada Sekolah Tinggi Agama Islam Almusaddadiyah
selaku lembaga pendidikan yang mempelajari tentang pendidikan nilai, Yayasan
Almusaddadiyah yang menaungi lembaga ini tidak lupa kepada rekan-rekan
Mahasiswa yang mempelajari mata kuliah pendidikan nilai ini, semoga beramanfaat
dan menjadi bahan referensi juga koreksi dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Frondizi, Risieri, Pengantar Filsafat Nilai,
(Yogjakarta : Pustaka Pelajar, 2001)
Hatta, Muhammad, Pengantar ke Jalan Ilmu
Pengetahuan (Jakarta: t.p. 1954)
Ismail, Farid Fuad, Cepat Menguasai Ilmu Filsafat,
(Jogjakarta : IRCiSoD, 2003)
Keraf, A. Sony, Mikhael Dua, Ilmu Pengetahuan ‘Sebuah Tinjauan Filosofis’,
(Yogyakarta:Kanisius, 2001)
Nasution, Andi Hakim, Pengantar ke Filsafat Sains,
(Jakarta : Litera AntarNusa, 2008)
Salam, Burhanuddin, Logika Materiil; Filsafat Ilmu
Pengetahuan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997)
Syafie, Inu Kencana, Pengantar Filsafat,
(Bandung : Refika Aditama, 2004)
Suriasumantri, Jujun S., Ilmu
dalam Perspektif, (Jakarta : Gramedia, 1978)
Saefuddin, Desekularisasi Pemikiran :
Landasan Islamisasi, (Bandung : Mizan, 1998)
Suparlan, Suhartono, Filsafat Ilmu Pengetahuan,
(Jogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2005)
Surajivo, Filsafat Ilmu &
Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009)
Sadulloh, Uyoh, Pengantar Filsafat Pendidikan (Bandung:
Alfabeta, 2007) Ilmu Pengetahuan dan Nilai
No comments:
Post a Comment